Rabu, 08 Juli 2015

FANFICTION PARK CHANYEOL: Because of you... White Rose Chapter 10

Title: Because of you.. 'White Rose'
By : IpoNovi23
PG-15 | Sad & Romance | Chaptered | Park Chanyeol & Park Minjung (OC)


#Chapter 10


Selamat membaca^^



Bunga disepanjang jalan mulai bermekaran. Musim semi kembali datang. Minjung sudah menulis daftar kegiatan untuk hari ini bersama dengan Eun Mi sahabatnya. Mereka akan menghabiskan waktu bersama hari ini.

Minjung keluar dari kamar dengan pakaian terbaiknya. Hari ini ia harus banyak berfoto dengan Eun Mi di berbagai tempat yang akan mereka kunjungi. Sambil berlari-lari kecil ia menghampiri kakaknya yang sedang mengenakan dasi bermotif warna hitam.

"Oppa,aku ikut denganmu ke kampus hari ini ya?" rengek Minjung sambil meronta dan mengeluarkan aigoo andalannya.

"Tidak bisa. Nanti oppa bisa terlambat karenamu." ujar Jiyoung tanpa mengalihkan pandangannya dari cermin.

"Tapi sekarang masih sangat pagi."

"Oppa harus menjemput seseorang."

"Seseorang? Siapa?"

"Seorang wanita. Sudah sana pergi!" Jiyoung mengusap pucuk kepala Minjung.

"Wanita? Siapa? Apa dia kekasih oppa?" Jiyoung yang kesal mendorong Minjung agar keluar dari kamarnya. Minjung tentu saja terus meronta dan menggoda kakaknya itu.


Dengan penampilan yang serba hitam, Paman CEO tengah berdiri menghadap sebuah lemari yang besar tempat penyimpanan abu jenazah. Paman CEO hanya terdiam menatap salah satu abu jenazah. Disana, terdapat sebuah foto seorang wanita cantik tengah menggendong seorang bayi. Tertulis nama Lee Se Kyung pada bingkai foto itu.

"Bagaimana kabarmu? Apa kau bahagia disana?" sapa Paman CEO pada wanita di foto tersebut.

"Maafkan aku, Se Kyung-ah. Aku tidak bisa menepati janjiku padamu. Aku lebih mementingkan kebahagian Yoora putri kita daripada kebahagian Hana anakmu dengan pria yang tidak bertanggung jawab itu. Aku menyayangi Hana seperti anakku sendiri, tetapi aku lebih menyayangi putri kita. Aku tidak bisa mengungkapkan semua kebenaran ini. Aku berdosa padamu, Se Kyung-ah. Biarlah kebenaran ini terkubur selamanya." ujar Paman CEO sambil berlutut dan meneteskan air mata.


"Minjung! Cepatlah turun! Temanmu sudah menunggu." teriak ibu Minjung di lantai bawah ruang tamu.

"Teman? Ahh.. Eun Mi eonni! Ya, bu."
Dengan semangat Minjung menuruni anak tangga sambil tersenyum.

"Eon__ KAU?! Sedang apa kau disini?" Minjung cukup terkejut melihat Chanyeol sedang duduk dan berbincang dengan ibunya. Sesekali ibunya tertawa karena penuturan Chanyeol.

"Minjung, bersikap sopan lah pada temanmu."

"Dia bukan temanku. Dia adalah dosenku. Dia juga MANTAN asisten pribadiku." tutur Minjung penuh penekanan disetiap kata yang ia ucapkan sambil menatap sinis kearah Chanyeol yang sedang tersenyum seperti pria bodoh.

"MWO?! Anyeonghaseyo,seonsaengnim." ibu Minjung menunduk sopan sambil memaksa Minjung untuk membungkuk memberi hormat pada Chanyeol. Chanyeol langsung berdiri dan membungkuk kearah ibu Minjung.

"Sedang apa kau disini?" Minjung tetap berbicara dengan nada ketus. Ibunya tentu saja langsung memukul kepala Minjung karena ketidaksopanannya. Minjung merintih kesakitan dan tanpa henti mengomel pada ibunya.


Suasana canggung begitu terasa mencekam di dalam mobil. Minjung terus memasang wajah kesal sambil memalingkan wajahnya kearah kaca jendela. Chanyeol yang merasa bersalah mencoba untuk mencairkan suasana namun tidak tahu dengan cara apa. Ia hanya sesekali melirik kearah Minjung tanpa berani untuk membuka suara.

"Apa kau marah padaku?" cukup lama bagi Chanyeol untuk memutuskan pertanyaan apa yang akan ia lontarkan.

"Ya."

"Karena aku menyukaimu?"

"Tidak. Bukan karena itu.."

"Lalu?"

Minjung tidak menjawab. Ia hanya diam tanpa mengalihkan pandangannya.

"Apa jawabanmu?"

"Jawaban? Apa yang harus aku jawab? Memangnya apa yang kau tanyakan?" ujar Minjung ketus.

"Aku menyukaimu."

"Apa itu sebuah pertanyaan?"

"Baiklah." Chanyeol menghentikan mobilnya di tepi jalan. Ia menoleh kearah Minjung. Minjung terkejut karena tiba-tiba saja mobil berhenti, ia menatap bingung kearah Chanyeol.

"Apa kau menyukaiku?"

DEG!!

Jantung Minjung seakan melompat mendengar penuturan Chanyeol barusan. Minjung terpaku dan hanya menatap Chanyeol dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Ia tidak menyangka pertanyaan seperti itu yang akan Chanyeol lontarkan. Minjung tidak menyadari bahwa ia lah yang telah memancing agar pertanyaan itu terlontar.

"Itu sebuah pertanyaan dan kau harus menjawabnya." Chanyeol memasang wajah cool yang aneh. Sebenarnya, ia lebih terlihat seperti menahan tawa.

"Aku.." hanya itu yang mampu terucap oleh Minjung setelah cukup lama terdiam. Chanyeol berhasil membuat Minjung terpojok.

"Baiklah. Mulai sekarang tepatnya pada pukul 08:12 am, kau resmi menjadi kekasihku. Aku menerimamu." ujar Chanyeol dengan senyum penuh kemenangan. Dengan kepercayaan diri setinggi langit ia mengatakan itu tanpa rasa malu sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya secara penuh.

"Kekasih? Bagaimana bisa? Aku bahkan tidak mengatakan apapun!!" protes Minjung.

"Sudahlah. Kau harus bersyukur karena aku menerimamu." Chanyeol melajukan kembali mobilnya ke jalanan. Ia terus saja mengumbar senyum kemenangannya.

"Kekasih resmi apanya? Itu keputusan yang tidak sah. Itu ilegal. Dia benar-benar sudah gila. Aku juga bisa gila karenanya. Sebenarnya siapa disini yang bodoh?" Minjung terus bergumam tidak jelas.


"Hey!! Kau salah. Harusnya kita kearah sana! Kenapa kau berbelok kearah sini! Kampus kita disana!"

"Diamlah. Pengemudi yang menentukan kemana arahnya."

"Mana boleh seperti itu?!" kesal Minjung.

"Aku pemilik mobil. Aku yang berkuasa. Apa kau ingin turun disini? Dengan senang hati aku akan mengabulkanya."

"Aku ini kekasihmu!! Mana boleh kau seperti itu?!" tanpa sadar Minjung mengucapkan sesuatu yang tidak seharusnya. Minjung langsung memukul mulutnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia benar-benar sangat malu. Harga dirinya telah turun secara drastis dihadapan Chanyeol.

"Apa kau bilang? Kekasih? Ahh.. Aku lupa. Mianhae, chagi-ah." ujar Chanyeol sambil melirik kearah Minjung yang sedang menunduk merutuki kebodohannya.

Chanyeol menepikan mobilnya di sekitar daerah Hongdae. Mereka berjalan-jalan layaknya sepasang kekasih. Minjung hanya mengikuti langkah Chanyeol tanpa berniat untuk bertanya apa tujuan mereka pergi kesana. Ia enggan sekedar hanya untuk membuka suara.

"Apa kau ingin membeli sesuatu?"

"Tidak."

"Hey! Tak usah bersikap seperti itu. Aku tidak ingin menjadi beban. Sungguh." Chanyeol mencoba mensejajarkan langkah kakinya dengan Minjung. Karena sejak tadi Minjung selalu tertunduk dan berjalan dibelakangnya saja.

"Baiklah." Minjung tersenyum. Dalam sekejap sifat cerianya kembali. Ia berlari-lari kecil disamping Chanyeol. Tentu saja Chanyeol tersenyum melihatnya.


"Menurutmu bagaimana dengan yang ini?" Minjung menunjukkan sepasang gantungan ponsel berbentuk boneka beruang dengan ukuran mini.

"Ini untukku." gantungan beruang kecil dengan memakai pita pink di kepala sambil memegang sebuah bintang.

"Ini untukmu." gantungan beruang kecil dengan memakai pita hitam di leher sambil memegang sebuah gitar.

"Itu bagus. Tetapi sebaiknya sesuatu yang lain saja." Minjung sedikit kecewa mendengar jawaban Chanyeol. Ia meletakkan kembali gantungan ponsel itu lalu melangkah pergi ke toko lain.

Minjung tersenyum dan menatap ponselnya.

"Apa kau senang?"

"Tentu." ternyata Chanyeol membelikan sepasang gantungan ponsel itu. Mereka menukar miliknya masing-masing. Chanyeol memakai gantungan beruang wanita dan begitu sebaliknya.

Mereka terus berkeliling dari toko satu ke yang lainnya. Mulai dari kaca mata sampai tas mereka telah coba dengan berbagai gaya yang aneh. Setelah hari cukup siang, sinar mentari pun semakin terik, rasa lapar mulai menghalangi mereka untuk terus berkeliling.

Mereka memutuskan untuk mengisi perut mereka dengan berbagai makanan yang tersedia di salah satu kedai dipinggir jalan. Jalanan tersebut belum cukup ramai, biasanya jika dimalam hari jalanan ini akan sangat ramai dan penuh dengan berbagai lampu yang menerangi disepanjang jalan.

Mereka memutuskan untuk membeli sepasang topi dan sepatu. Minjung terus memainkan kakinya yang sedang memakai sepatu baru selagi menunggu pesanan datang.

"Apa kau tahu? Aku dengar jika seorang pria memberi sepatu pada kekasihnya, maka mereka tidak lama lagi akan berpisah."

"Benarkah?" Chanyeol mencoba menanggapinya dengan serius. Minjung mengangguk membenarkan pertanyaan Chanyeol.

"Jika benar seperti itu, aku tidak jadi memberikannya padamu. Kau harus membelinya. Bagaimana jika kau yang membayar semua makanan ini." Chanyeol menunjuk semua makanan di meja yang telah mereka pesan.

"Seharusnya tadi aku tidak memberitahunya. Aish! Sial!" pikir Minjung menyesalinya. Chanyeol hanya terkekeh melihat Minjung.

Drrt drrt

'Kau dimana? Kenapa tidak masuk kelas? Apa kau sakit?' Eun Mi mengirimi Minjung pesan teks. Ia khawatir karena seharian tidak melihat Minjung dan tidak ada kabar darinya.

'Mianhae,eonni. Aku sedang di luar bersama seseorang.'


Minjung memasuki rumahnya ketika hari sudah cukup sore. Ia melarang Chanyeol mampir ke rumahnya karena nanti bisa pulang larut malam karena ibunya. Minjung merasa sangat lelah hari ini.

Chanyeol yang hendak pergi, mengurungkan niatnya karena melihat Jinseo melalui kaca spion mobilnya. Terlihat Jinseo sedang berdiri mengamati Minjung memasuki apartemennya dari kejauhan. Chanyeol menghampiri Jinseo yang hendak melangkah pergi.

"Kau pasti membenciku 'kan?"

"Tentu. Kau bukan tipeku."

"Maafkan aku, aku akan menjaganya."

"Apa yang kau katakan? Ini belum berakhir. Jagalah dia baik-baik dan jangan membuatnya menangis. Aku bisa merebutnya kapan saja darimu. Kau hanya beruntung, hyung." Jinseo melangkah pergi.

"Aku pulang!!" ujar Minjung ketika memasuki ruang tamu.

"Kau baru pulang? Duduklah." suruh ibunya sambil meraih tangan Minjung yang hendak pergi.

"Aku lelah bu. Aku ingin istirahat." Minjung melangkah pergi dengan raut wajah kelelahan. Baru saja ia melangkah, ibunya langsung berdiri dan memukul kepalanya pelan.

"Yak!! Eomma! Apa salah__" Minjung terkejut melihat seorang gadis cantik tengah duduk memperhatikannya. Ia tidak menyadari ada seorang tamu. Pantas saja ibunya memukulnya, karena ia bersikap tidak sopan lagi.

Minjung lantas merapihkan rambutnya dan membungkuk sopan pada gadis cantik itu. Gadis cantik itu tersenyum melihat tingkah Minjung yang menurutnya lucu.

"Dasar gadis tidak sopan! Duduk!" bisik ibu Minjung sambil tersenyum kearah tamu. Minjung pun menuruti apa yang ibunya katakan walaupun ia ingin segera berbaring di kasur empuknya. Jiyoung yang duduk disebelah tamu hanya menggeleng melihat kejadian tadi. Baginya, itu sudah menjadi hal yang biasa.

"Maaf atas ketidaksopanannya. Dia memang seperti itu." Minjung hanya menunduk dan sedikit kesal mendengar penuturan ibunya.

"Tidak apa-apa. Dia cantik dan sangat lucu." gadis itu tersenyum tulus kearah Minjung. Minjung mendongak dan tersenyum.

"Dia adikmu?" gadis itu berbisik pada Jiyoung. Jiyoung mengangguk membenarkan.

"Walaupun aku ingin berbincang denganmu, tetapi kau terlihat sangat lelah. Bergegaslah mandi lalu istirahat. Lain waktu jika kau berkenan, mari kita bertemu untuk sedikit berbincang."

"Tentu eonni. Senang bertemu denganmu." Minjung membungkuk lalu berlari menuju kamarnya.

Tak lama kemudian,tamu itu pamit untuk pulang karena hari semakin sore. Jiyoung pergi untuk mengantarkan gadis itu pulang. Sepertinya gadis cantik itu adalah kekasih Jiyoung.


Dentingan sendok dan garpu cukup bergema di ruang makan keluarga Minjung.

"Oppa, siapa gadis cantik itu?" Minjung membuka suara.

"Dia kekasih oppa." Jiyoung menjawab dengan santai tanpa mengalihkan pandangan dari makanannya.

"Benarkah? Seharusnya eonni itu berpikir ribuan kali untuk menerimamu sebagai kekasihnya." ucapan Minjung itu mendapat tatapan tajam dari kakak dan juga ibunya. Lagi-lagi ia bersikap tidak sopan.

"Hehe. Aku bercanda. Jangan serius seperti itu." Minjung terkekeh kecil sambil memasukan sesendok nasi kedalam mulutnya.

"Oppa, siapa nama eonni itu?"

"Dia Yoora. Park Yoora."

"Nama yang cantik." Minjung tersenyum. Ia tidak tahu bahwa Park Yoora adalah kakak perempuan Chanyeol.

"Apa kau menyukainya? Aku akan melamarnya minggu depan."

"Wahh~ kau laki-laki sejati, oppa. Aku sangat menyukainya. Dia cantik dan juga baik padaku." Minjung memukul lengan Jiyoung pelan sambil mengangkat kedua jempol tangannya dan tersenyum.


"Bagaimana jika kita jalan-jalan hari ini?" Minjung mencoba untuk merayu Eun Mi yang sedang marah padanya karena kemarin. Ia terus merajuk pada Eun Mi agar memaafkannya. Segala cara telah Minjung lakukan termasuk aegyo anehnya, tetapi Eun Mi tetap saja tak bergeming dan terus mengabaikannya. Eun Mi terus membaca buku tanpa berniat untuk menanggapi perkataan Minjung.

"Ayolah, eonni.. Maafkan aku? Jangan mengabaikanku seperti ini terus."

"Pergi saja bersama sahabat barumu itu. Kau tidak membutuhkanku lagi. Pergi." Eun Mi salah paham pada Minjung rupanya. Ia beranggapan Minjung telah membuangnya karena menemukan yang baru untuk menggantikannya. Minjung tersenyum. Sahabatnya yang satu ini ternyata lebih kekanak-kanakan daripada dirinya.

"Kemarin aku pergi bukan bersama seorang teman. Tetapi, seorang kekasih." bisik Minjung pelan dan merasa geli akan ucapannya barusan.

"Kekasih?! Siapa? Siapa dia?!" ujar Eun Mi antusias.

"Rahasia." Minjung tersenyum dan langsung beranjak pergi.

"Yak!! Siapa? Siapa dia?!" Eun Mi mengejar Minjung untuk meminta jawaban. Minjung terus berlari dan tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Lebih tepatnya orang itu lah yang sengaja menyenggol Minjung sampai terjatuh. Orang itu melangkah pergi begitu saja tanpa mencoba untuk membantu Minjung berdiri atau sekedar meminta maaf.

"Kau baik-baik saja?" Minjung mendongak karena seseorang mengulurkan tangan padanya.

"Yoonjin? Aku baik-baik saja." Minjung lantas berdiri dan tersenyum.

"Minjung, kau baik-baik saja?" Eun Mi menghampiri Minjung dan langsung memeriksa keadaannya. Eun Mi melihat telapak tangan Minjung berdarah dan panik seketika. Namun Minjung mengatakan ia baik-baik saja. Itu hanya luka kecil yang tak perlu dikhawatirkan. Eun Mi bernapas lega karena hanya luka kecil dan tak ada luka lain.

"Eonni, perkenalkan dia temanku, Yoonjin."

"Anyeonghaseyo, Sung Eun Mi-imnida."

"Yoon Jinseo-imnida." mereka berjabat tangan.

"Dia Jinseo. Bukan Yoonjin." bisik Eun Mi.

"Sama saja."

Jinseo tersenyum. Minjung selalu memanggilnya Yoonjin. Berbeda dengan orang lain bahkan dirinya sendiri yang memanggilnya Jinseo.

Eun Mi duduk disebuah bangku taman sambil memainkan ponselnya. Sedangkan Minjung, ia tengah membeli deobbeoki dan beberapa minuman di seberang jalan. Minjung sedang berdiri di tepi jalan menunggu lampu jalan berubah warna agar ia bisa menyebrang. Ia menjinjing dua buah plastik berisi makanan yang baru saja ia beli dan bersiap untuk menyebrang jalan.

Jalanan yang cukup sepi membuat Minjung leluasa untuk menyebrang. Minjung tersenyum dan melambaikan tangannya melihat Eun Mi menoleh kearahnya.

Tiiittt Ttiiiitt

Sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan tinggi dan hampir saja menabrak Minjung. Minjung sangat terkejut. Eun Mi yang melihat kejadian itu langsung berdiri.

"Kau baik-baik saja?" Minjung memberanikan diri membuka matanya karena mendengar suara seseorang. Ia terkesiap dan langsung memeluk Chanyeol yang berada di hadapannya. Minjung bergetar, ia sangat ketakutan.

"Tenanglah. Semua baik-baik saja."

"A-aku takut. Chanyeol-ah.."

"Tidak apa-apa. Tenanglah."

~

"Apa kau sakit? Sebaiknya kau pulang saja. Istirahatlah di rumah."

Chanyeol duduk di samping Minjung yang sedang terbaring lemah di ruang UKS. Minjung tiba-tiba saja pingsan saat sedang berlatih vokal untuk pertunjukan besok. Akhir-akhir ini Minjung sering sekali pingsan secara tiba-tiba dan mengalami sakit kepala yang luar biasa. Kejadian demi kejadian aneh terus terjadi padanya, sepertinya ada seseorang yang berusaha untuk mencelakai Minjung.

"Aku baik-baik saja. Aku harus berlatih untuk pertunjukan besok." Minjung terus memaksakan diri untuk berlatih dan terus tersenyum. Chanyeol yang memahami keadaan Minjung, tidak ingin membuatnya semakin parah. Ia menggenggam tangan Minjung yang sedang diinfus dan memohon agar Minjung mengundurkan diri dari pertunjukan besok. Namun Minjung menolaknya dengan berbagai alasan

Chanyeol melangkah pergi untuk menemui kakaknya. Setibanya Chanyeol di sebuah kafe, ia langsung mencari sosok kakaknya dan menghampirinya. Chanyeol terkejut karena Jiyoung sedang bersama kakaknya. Ia duduk dan menunggu penjelasan dari kakaknya.

"Bukankah kau dulu asisten Minjung? Jadi, kau adik Yoora?"

"Kalian sudah saling kenal?" Yoora menoleh kearah Chanyeol dan Jiyoung bergantian dengan ekspresi terkejut. Dua lelaki itu mengangguk membenarkan.

"Dia kekasihku. Bagaimana menurutmu?" tanya Yoora pada adiknya, ketika Jiyoung sudah pergi dari sana karena harus melihat keadaan Minjung.

Chanyeol terkejut. Ia sampai tersedak minumannya mendengar penuturan kakaknya.

"Kekasih?"

"Iya. Dia bahkan sudah melamarku. Lihatlah." Yoora menunjukan sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya.

DEG!!

Chanyeol merasa ada sebuah bom yang menghantam jantungnya. Dunia begitu sempit pikirnya. Kakaknya berpacaran dengan kakak Minjung, sementara dirinya juga berpacaran dengan Minjung. Bagaimana bisa semua ini terjadi?

Minjung terbaring lemah di kamarnya. Ia semakin terlihat pucat dan tubuhnya terlihat sangat kurus. Ibu Minjung terus menangis melihat keadaan anaknya. Minjung terus menolak untuk berobat ke rumah sakit, ia mengatakan jika ia baik-baik saja dan hanya kelelahan, dengan istirahat beberapa jam kesehatanya pasti akan kembali pulih.

Sinar mentari melalui celah jendela membangunkan Minjung yang sedang terlelap. Ibu Minjung menghampirinya dengan membawa nampan berisi semangku bubur hangat. Namun, Minjung yang tak berselera untuk makan tentu langsung menolaknya. Ibu Minjung yang khawatir melihat Minjung yang semakin kurus memaksa agar Minjung makan, setidaknya ada sesendok bubur yang mengisi perutnya.

Baru saja sesendok bubur yang masuk kedalam mulutnya, Minjung langsung memuntahkannya begitu saja. Perutnya terasa sangat mual dan tidak mau menerima apapun untuk masuk. Itu membuat Minjung merasa semakin lemas.

"Nak, kita harus ke rumah sakit. Keadaanmu semakin parah. Ibu sangat mengkhawatirkanmu."

"Tidak bu. Aku tidak apa-apa."

Lagi-lagi Minjung memaksakan diri untuk tersenyum. Ibu Minjung langsung pergi keluar dan menutup pintu kamar Minjung. Di balik pintu itu, beliau menangis.

Minjung meraih ponselnya. Sudah tiga hari tidak ada kabar dari Chanyeol. Ketika ia tidak mengikuti pertunjukan musik itu, Chanyeol tidak datang untuk sekedar menemuinya, bahkan mengirim pesan pun tidak. Minjung menjadi khawatir akan Chanyeol. Sudah begitu banyak pesan dan panggilan untuk menghubungi Chanyeol. Namun tidak ada satu pun balasan dari Chanyeol. Ia bahkan tidak mengangkat panggilan Minjung. Minjung hanya ingin mengetahui bagaimana keadaan Chanyeol sekarang.

"Kau sedang apa? Aku sangat merindukanmu." gumam Minjung.


Minjung memaksakan diri untuk pergi ke kampus, tujuannya bukan untuk belajar melainkan hanya untuk melihat Chanyeol. Keadaannya sudah membaik namun wajah pucat masih sangat jelas terlihat.

"Minjung-ah, kau baik-baik saja?" sapa Eun Mi.

"Tentu,eonni."

"Maaf,aku tidak sempat menjengukmu." sesal Eun Mi. Minjung tersenyum.

"Tak apa. Eonni,apa kau melihat Park Seonsaengnim?"

"Tidak. Sama sepertimu, dia juga tidak masuk dalam beberapa hari ini."

"Kenapa? Apa dia sakit?" Minjung benar-benar menjadi khawatir mendengar penuturan Eun Mi.

"Aku tidak tahu. Memangnya ada apa?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padanya."

Minjung sedang mencari sebuah buku di perpustakaan. Entah kenapa, ia ingin menulis sebuah lagu. Kilasan balik tentang masa lalu berputar dengan sangat baik dalam ingatannya, termasuk kenangannya bersama kawan lama di panti asuhan tempat tinggalnya dulu sebelum diadopsi oleh keluarga Park. Air mata Minjung menetes begitu saja mengingat kenangan masa lalunya. Panti asuhan itu sudah rata dengan tanah sekarang, bangunan itu digusur entah kapan, Minjung pun tak tahu. Ia kehilangan kontak dengan ibu panti yang telah merawatnya. Terakhir ia menemuinya pada saat bersama Chanyeol. Semua kenangan itu, ia tulis dalam sebuah lirik lagu.

Air matanya terus mengalir. Mengingat ia hanya seorang diri sekarang. Minjung membuka lembar buku lagu dimana llirik lagu tersebut ia buat bersama Chanyeol. Ia tersenyum mengingat kenangannya bersama Chanyeol.

Tes!!

Air matanya jatuh membasahi lembar buku lagu itu. Entah kenapa, mengingat kebersamaannya bersama Chanyeol, membuat hatinya terasa sangat sakit.

"Chanyeol-ah, kau dimana?"

Chanyeol sedang berbaring di kamarnya sambil memandang sebuah foto dirinya dengan Minjung yang sedang tersenyum kearah kamera.

Flashback.

Chanyeol dan Minjung sedang berkencan dengan berjalan di sebuah taman melihat bunga cherry yang mulai berguguran. Mereka saling melepar senyum satu-sama lain. Suasana romantis tercipta dengan adanya kelopak bunga yang berjatuhan diterpa angin. Sungguh indah.

"Ayo kita mengambil gambar!!"


"Haruskah?" Minjung mengangguk mengiyakan.

"Wajahmu akan terlihat jelek dari sudut mana pun. Kau yakin ingin berfoto?" ledek Chanyeol.

Mereka berpose dengan sangat baik ditambah dengan pemandangan yang sangat mengagumkan. Hasil gambar yang sempurna.

Flashback end.

"Chanyeol-ah.. Kau harus makan. Sudah tiga hari ini,kau tidak makan dan terus berbaring. Apa kau sakit?" ujar ibu Chanyeol di balik pintu. Yoora menghampiri ibunya.

"Bu, dia belum keluar kamar juga?" ibu menggeleng menanggapi pertanyaan Yoora dengan raut wajah sedih.

Tok tok tok.

"Chanyeol-ah.. Keluarlah. Kau harus makan. Apa kau sakit?" Chanyeol tetap diam tak bergeming. Tatapan matanya juga kosong. Ia tampak sangat menderita dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Chanyeol-ah, kau kenapa,eoh? Kami sangat mengkhawatirkanmu." lirih Yoora mencoba membujuk Chanyeol agar mau terbuka padanya.


Chanyeol membuka pintu. Keadaannya sangat berantakan, bahkan sangat kacau. Ibu Chanyeol langsung memeluk dan menangis melihat keadaan anaknya yang seperti itu. Yoora mencoba untuk bersikap setenang mungkin,ia menahan tangisnya.

"Kau, kenapa seperti ini? Tidak mau makan dan mengurung diri kamar. Apa kau sakit?" Chanyeol tak menjawab, ia justru memasang wajah dingin dengan tatapan kosong. Paman CEO yang mengerti apa yang terjadi,tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa melihat Chanyeol dari jauh dan menangis dalam diam. Ini semua diluar kendalinya.

~White Rose~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar