Jumat, 03 Juli 2015

FANFICTION PARK CHANYEOL: Because of you... White Rose Chapter 8

Title: Because of you.. 'White Rose'
By : IpoNovi23
PG-15 | Sad & Romance | Chaptered | Park Chanyeol & Park Minjung (OC)


#Chapter 8


Selamat membaca^^



Musim telah berganti. Banyak bunga cherry blossom yang tumbuh di samping jalan mulai bermekaran. Kelopak bunganya mulai berjatuhan di terpa angin di pagi hari. Begitu indah musim semi tahun ini. Banyak orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan, padahal hari masih begitu pagi.

MinJung berjalan sendirian dan sesekali mengambil gambar bunga-bunga yang sedang bermekaran itu. Ia kembali ke Seoul, setelah beberapa bulan menetap di Busan. Ia tersenyum sambil berlari-lari kecil menyusuri jalan. Setelah cukup jauh berjalan kaki, ia memutuskan untuk naik bus. MinJung duduk di sebuah halte bus yang akan menjadi tujuannya. Ia mengerak-gerakan kakinya untuk menghilangkan rasa bosan ketika menunggu bus datang. Ia menoleh ke arah sepatu yang ia kenakan, tali sepatunya terlepas dan ia harus mengikatnya kembali. MinJung tersenyum. Kilasan balik ketika Chanyeol memakaikan sepatu itu di kakinya dan mengikat tali sepatunya berputar jelas di memorinya.

Tak lama kemudian, bus tujuannya pun datang. MinJung duduk di salah satu kursi yang kosong. Ia menoleh ke arah jendela. Tepat sebelum bus melaju, seseorang masuk dan duduk tepat di sebelah MinJung. MinJung terus melihat keluar melalui kaca jendela tanpa melihat seseorang yang duduk di sebelahnya sampai bus berhenti. MinJung beranjak dan bersiap untuk turun, namun ia melihat sebuah kertas kecil di sampingnya.


"Senang bisa bertemu lagi denganmu, Park MinJung." gumam MinJung. Ia menyimpan kertas kecil itu kedalam tas yang ia kenakan.

MinJung melangkah menuju toko bunga.

"Permisi, saya mencari bunga mawar putih. Apa ada?" MinJung bertanya pada salah satu pegawai toko disana.

Seorang pria berjas hitam, menoleh ke arah MinJung begitu mendengar suaranya. Chanyeol, pria berjas hitam itu tersontak kaget mendengar suara seseorang yang sedang ia cari. Chanyeol hanya bisa melihat MinJung dari belakang. Wajah MinJung tidak bisa terlihat oleh Chanyeol. Dengan ragu, Chanyeol menyentuh pundak MinJung.

MinJung menoleh ke arah seseorang yang menyentuh pundaknya. MinJung terkejut, ia tidak mengira akan bertemu lagi dengan Chanyeol.

"Chanyeol-ssi?"

"Ada. Ini, noona." pegawai itu menyodorkan sebuket mawar putih pada MinJung.

"Ini tuan, pesanan anda." pegawai lainya memberikan sebuket mawar putih kepada Chanyeol.

~

"MinJung-ssi, apa kabar?"

"Baik. Bagaimana denganmu?"

"Baik." Chanyeol tersenyum.

Mereka memilih untuk mengobrol di sebuah kafe. Tetapi, kecanggungan menyelimuti mereka berdua. Bagaimana tidak? Sudah banyak hal yang terjadi beberapa bulan terakhir ini.

"Aku tidak tahu kau putra dari paman CEO. Maafkan aku."

"Tidak. Justru aku yang harus meminta maaf karena sudah membohongimu. Aku tidak bermaksud__"

"Aku tahu. Paman CEO sudah menjelaskannya padaku." MinJung tersenyum.

"Ayahku? Kapan?"

"Dua hari yang lalu kami bertemu."

Chanyeol merasa dibohongi oleh ayahnya. Setiap ia bertanya dimana keberadaan MinJung, ayahnya selalu menjawab tidak tahu.

"Kau mencariku? Ada apa? Paman CEO yang mengatakanya." MinJung meminum milk shake banananya.

Deg!!

Begitu santainya Minjung bertanya seperti itu tanpa memikirkan akibat dari pertanyaan itu. Chanyeol sampai tersedak oleh minumannya sendiri mendengar itu,lebih parahnya lagi detak jantungnya yang menjadi tidak normal.

"Ti-tidak. Aku hanya__"

"Terima kasih." potong Minjung sambil tersenyum manis.

"Iya?"Chanyeol menoleh ke arah MinJung.

"Terima kasih untuk semuanya, Chanyeol-ssi. Senang bertemu denganmu. Sampai jumpa." MinJung tersenyum. Ia membungkuk lalu melangkah pergi. MinJung harus segara pergi dari sana, jika tidak ia akan mati. Detak jantungnya tidak stabil dan udara terasa begitu kosong. Sesak.

"Berhenti!! Kau tidak boleh seperti ini!! Ku mohon.." MinJung menunjuk ke arah jantungnya yang terus berdebar. Ia berusaha menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam. Keadaan seperti ini tidak boleh terjadi.

"Baiklah!! Semuanya baik-baik saja." ujar MinJung lalu kembali melangkah. Baru saja MinJung berjalan beberapa langkah, seseorang menahan lengannya.

"Park MinJung-ssi.." MinJung menoleh ke arah sumber suara. Jantungnya kembali berdebar ketika mengetahui seseorang yang menahannya itu adalah Park Chanyeol.

Sial. Chanyeol benar-benar berniat untuk membunuhnya.

"Ada apa?" MinJung berusaha bersikap senormal mungkin.

"Ada yang ingin aku katakan padamu."

"Apa?"

"Sebenarnya.. Aku__"

"Chanyeol Hyung!!" seseorang memanggil Chanyeol dan membuat perkataan Chanyeol terpotong. Chanyeol menoleh kearah seseorang yang memanggilnya.

"Apa?" tanya Minjung karena Chanyeol menggantungkan kalimatnya.

"Tidak. Senang bertemu denganmu. Hati-hati di jalan. Sampai nanti."

MinJung tersenyum. "Ya."
MinJung melangkah pergi.

"Hyung, siapa dia? Pacarmu? Bunga untuk siapa itu?" Yoon JinSeo merangkul Chanyeol.

"Dia Park MinJung. Temanku." Chanyeol melepaskan rangkulan JinSeo lalu melangkah pergi.

"Park MinJung? Namanya sama dengan gadis yang ku sukai." JinSeo mengikuti Chanyeol sambil bergumam.

Chanyeol masuk kedalam mobilnya, JinSeo pun berniat ikut dengan Chanyeol karena mereka searah. Namun, Chanyeol langsung mengunci pintu mobilnya ketika JinSeo akan membukanya. Chanyeol pun bergegas pergi meninggalkan JinSeo.

"Hyung!!! Tunggu!!! Hyung!!!" JinSeo mencoba untuk mengejar Chanyeol, namun sia-sia.

~

Chanyeol dan JinSeo duduk berdampingan di tengah-tengah lapangan basket dengan keringat yang bercucuran di pelipis mereka

"Hyung, aku bertemu dengan gadis itu hari ini."

Tak ada respon dari lawan bicaranya, JinSeo pun menoleh kearah Chanyeol yang sedang melamun, tak bergeming.

"Hyung!!!"

"Ada apa?"

"Aish!!! Tidak ada." JinSeo menenggak habis sebotol air mineral. Kekesalanya sudah mencapai puncak.

"Bagaimana menurutmu, jika kau bertemu lagi dengan cinta pertamamu?"
JinSeo menoleh mendengar penuturan Chanyeol barusan.
"Apa maksudmu? Cinta pertama siapa?"

"Entahlah. Lupakan!!" Chanyeol melangkah pergi meninggalkan JinSeo karena hari mulai gelap.

"Hyung!!! Kau benar-benar menyebalkan!!! Aku membencimu!!" JinSeo berteriak dan membanting bola basket di sampingnya.

Drrtt drrt
MinJung menaruh kembali roti isi yang sedang ia makan. Ia meraih ponselnya yang terus berdering.

"Yeoboseyo?"

"Ini aku, Park Chanyeol. Bisakah kita bertemu hari ini?"

Mengetahui bahwa yang menelpon adalah Chanyeol, MinJung langsung melihat layar ponselnya. Ia mengacak-acak rambutnya. Ibu dan kakaknya hanya bisa menggeleng.


"Maaf,aku terlambat." MinJung masih mengatur napasnya yang tersenggal akibat berlari.

Chanyeol langsung berdiri begitu melihat MinJung datang. Ia mempersilahkan MinJung untuk duduk.

"Tidak apa-apa. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Apa kau ada waktu?"

"Kemana? Aku rasa.. Aku bisa. Tempat yang menyenangkan bukan?" MinJung mencoba untuk bersikap seperti dahulu, tanpa rasa canggung. Toh. Mereka berteman dengan baik sebelumnya.

Chanyeol menancap pedal gas mobilnya. Mobil pun melaju ke suatu tempat seperti sebuah pedesaan. Di sana, terlihat sebuah bukit,sawah dan sungai kecil khas pedesaan. Chanyeol pun memberhentikan mobilnya tepat di tanah lapang di samping sebuah panti asuhan. Terlihat pohon besar disana.

MinJung mengerutkan keningnya. Ia ingat tempat itu, tempat di mana masa lalunya dan jati dirinya.

Chanyeol keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk MinJung, namun MinJung tetap diam tak bergeming. MinJung berpikir 'Bagaimana bisa ia tahu tempat ini? Apa dia adalah.. Chanyeol yang ku kenal.'

"Apa kau tidak ingin keluar?"

"Ya?" MinJung tersadar dan langsung keluar dari mobil Chanyeol.

"Apa kau ingat tempat ini?" Chanyeol berjalan ke depan meninggalkan MinJung yang masih terpaku karenanya.

"Tempat apa ini?" MinJung berpura-pura tidak tahu. Chanyeol harus mengatakannya sendiri.

"Kau tidak mengingatnya?" Chanyeol menoleh ke belakang. MinJung menghampiri Chanyeol.

"Kenapa kau membawa ku kesini?"

"Kau sungguh tidak mengingatnya? Pohon ini, kau tidak mengingatnya juga?"

"Tentu aku mengingatnya." gumam MinJung. Tetapi, ia malah menjawab sebaliknya.
Chanyeol terlihat bingung. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu, ia mengambil sebuah batang kayu.

"Mungkin kau akan mengingatnya jika aku sudah menggali tanah ini."

DEG!!

Jantung MinJung tiba-tiba berdebar. Ia teringat akan janjinya bersama Chanyeol tujuh tahun lalu saat masih SMP. Mereka mengubur sesuatu di bawah pohon besar itu. Dan mereka sepakat ketika sudah dewasa nanti akan menggali tanah itu dan mengambil sesuatu yang mereka kubur disana.

"Ini sudah tujuh tahun berlalu. Seharusnya kita menggalinya sekarang bukan?"

"Tidak!! Kau tidak boleh menggalinya. Kita sepakat untuk menggalinya jika sudah sepuluh tahun!!!" MinJung menahan Chanyeol untuk menggali tanah itu. Sontak MinJung tersadar apa yang baru saja ia katakan. Ia menggigit bibir bawahnya. Chanyeol hanya tersenyum puas karena rencananya berhasil.

"Ternyata kau sudah mengingatnya. Kenapa kau berbohong?"

"Tidak. Aku tidak berbohong. Aku memang baru mengingatnya barusan." MinJung melangkah pergi meninggalkan Chanyeol. Namun, Chanyeol berlari dan berdiri di depannya.

"Lee HaNa.."
MinJung menatap Chanyeol.

"Aku Park MinJung. Bukan Lee HaNa."

"HaNa?" seorang wanita paruh baya menyapa MinJung. Ia menghampiri MinJung dengan tatapan yang susah diartikan. MinJung menoleh dan langsung memeluk wanita paruh baya itu.

"Ibu panti, aku sangat merindukanmu. Maaf aku tidak mengunjungimu disini." Mereka duduk di ruang tamu sebuah rumah yang sangat sederhana. Dulunya rumah itu adalah panti asuhan, tempat di mana MinJung tinggal. MinJung adalah seorang anak yang tidak diinginkan dan dibuang begitu saja. Ia diadopsi enam tahun lalu. Nama lahir MinJung adalah Lee HaNa.

"Bagaimana kabarmu,nak? Siapa pria ini?"

"Aku baik-baik saja. Dia temanku."

"Park Chanyeol imnida." Chanyeol berdiri dan membungkuk sopan.
Ibu panti tersenyum.

"Aku mengingatmu. Kau pria yang selalu mencari HaNa bukan?"

~

Chanyeol membukakan pintu mobil untuk MinJung, namun MinJung menahannya.
"Tidak usah. Aku bisa sendiri."
"Baiklah. Cepat masuk!!"

Chanyeol terus menatap lurus ke depan. Suasana terasa lebih canggung sekarang. Chanyeol beusaha untuk mencairkan suasana dengan menyalakan radio. Bukannya mencair, justru siaran radio itu membuat suasana lebih membeku di dalam mobil itu. Lagu yang diputar tentang cinta pertama.

"Ehemm.." Chanyeol berdehem dan langsung mematikan radio itu.

"Apa benar kau mencariku?" Chanyeol yang mendengar pertanyaan itu sontak menoleh.

"Eoh? Ya."
Apa boleh buat? Chanyeol harus berkata jujur bukan?

"Kenapa kau mencariku?" MinJung menoleh. Menunggu jawaban Chanyeol yang terus menatap lurus kedepan.
Chanyeol hanya terdiam..cukup lama.

"Karena.. Mana boleh menghilang tiba-tiba seperti itu?!" Chanyeol menjawab asal-asalan yang terlintas begitu saja diotaknya. Ia tidak bisa berpikir dengan baik sekarang.

Chanyeol menghentikan mobilnya tepat di depan apartemen MinJung yang dulu. MinJung membuka pintu mobil Chanyeol.

"Tidurlah dengan nyenyak. Selamat malam."

Belum sempat MinJung keluar dari mobil, Chanyeol malah membuat tubuh MinJung terasa lemas karena ucapannya itu. MinJung bergegas turun dan masuk ke dalam apartemennya.

"Selamat malam." guman MinJung.

"Kau dari mana saja?" tiba-tiba saja JiYoung muncul. MinJung tak menghiraukannya dan melangkah melewatinya begitu saja. JiYoung hanya berdecak kesal.

MinJung menghempaskan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Ia menatap langit-langit kamarnya sambil tersenyum.

"Dia mengingatku. Dia mencariku. Dia.." MinJung menutup wajahnya dengan selimut doraemonnya.

~

Begitu banyak macam mie tersedia disana. MinJung sedang memilih dari sekian banyak jenis mie. Ia terus berjalan menyusuri mini market itu, tanpa lelah sambil menjinjing sebuah keranjang kecil untuk membawa belanjaannya. Tentu saja pilihan akhirnya adalah ramen dan kimchi.

MinJung keluar dari mini market itu dengan membawa kantong plastik yang cukup besar berisi belanjaannya. Tiba-tiba saja seseorang memanggil namanya, ia pun menoleh.

"Anyeonghaseyo, Park MinJung-ssi." JinSeo mengangkat tangan kanannya sambil tersenyum. Mereka pun mengobrol di sebuah kedai.

Drrt drrt.
Ponsel JinSeo bergetar. Sebuah pesan masuk.

'Kau dimana? Kenapa belum datang juga?'

'Aku sedang di kedai dekat mini market. Aku sedang bersama dengan gadis yang kusukai. Hyung, kau kesini saja. Nanti aku tunjukkan padamu.'

Chanyeol tersenyum membaca pesan dari JinSeo. Ia pun langsung beranjak untuk menemui JinSeo.

"Temanku akan kesini, tidak apa-apakan?"

"Tentu saja." MinJung tersenyum.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Chanyeol sampai di kedai itu, ia hanya berjalan kaki beberapa menit saja. Chanyeol memasuki kedai itu dan menoleh kesana kemari mencari sosok JinSeo. JinSeo yang menyadari kehadiran Chanyeol segera melambaikan tangannya. Chanyeol pun menghampiri JinSeo. MinJung masih saja sibuk dengan milkshakenya.

"Hyung!! Duduklah. Perkenalkan, dia temanku."

Chanyeol dan MinJung menoleh secara bersamaan. Mereka terkejut.

"Park MinJung?!Park Chanyeol?!" ujar mereka serempak dan saling menatap satu sama lain. JinSeo tak kalah terkejut. Ia tidak menyangka mereka sudah saling mengenal.

"Kalian sudah saling mengenal?"
MinJung dan Chanyeol menatap JinSeo.

MinJung lebih memilih untuk pamit terlebih dahulu. Entah kenapa, ia merasa tidak nyaman berada disana. MinJung tengah duduk di sebuah halte tanpa berniat untuk menunggu bus. Ia hanya duduk termenung membiarkan bus itu melaju begitu saja. Setelah cukup lama MinJung berdiam diri, ia pun akhirnya berjalan meninggalkan halte bus itu beserta belanjaan yang ia bawa.

Hari semakin sore, MinJung terus berjalan entah menuju kemana. Chanyeol keluar dari salah satu toko kue, MinJung yang sedang berjalan sambil menunduk, melewati Chanyeol begitu saja. Padahal, Chanyeol sudah mengangkat tangannya, berniat untuk menyapa.

Tiba-tiba saja hujan turun, semua orang berlari mencari tempat berteduh. Tetapi tidak dengan MinJung, ia tidak menghiraukan air hujan yang membasahi seluruh tubuhnya. Hujan semakin deras,langit semakin gelap dan MinJung tetap berjalan sambil menunduk tanpa memperdulikan hawa dingin yang begitu menyeruak. MinJung tidak tahu perasaan yang sedang ia rasakan saat ini.

 Chanyeol terus mengikuti MinJung dari belakang. Ia membiarkan tubuhnya basah kuyup terguyur air hujan. Kotak berisi kue yang baru saja ia beli juga ikut terguyur air hujan. Chanyeol ingin menghampiri MinJung dan bertanya,tetapi ia tidak bisa.

MinJung berhenti tepat di depan toko bunga favoritnya yang sudah tutup. Ia berbalik arah untuk pulang, langkahnya terhenti begitu melihat sepasang sepatu menghalangi jalannya, ia mendongak untuk melihat siapa pemilik sepasang sepatu itu dan sontak terkejut melihat sosok Chanyeol di hadapannya.

"Kau?"

"Kau sedang apa?" tanya Chanyeol.

"Aku.. Ingin membeli bunga!! Ya, bunga." MinJung tersenyum kikuk.

"Benarkah?"

Langit kembali di penuhi bintang. Seperti keajaiban, langit menjadi begitu bersinar dalam sekejap.

"Ini minumlah." Chanyeol memberikan segelas coklat panas. Dengan senang hati MinJung menerimanya. Walaupun bukan musim dingin, tetapi udara malam hari terasa cukup menusuk.

Chanyeol mengeluarkan sepasang kaos dan dua jaket dari dalam kantong plastik yang ia bawa. Ia baru saja membelinya di toko sebrang jalan.

"Ini untukmu. Pakailah!!" Chanyeol melemparkan salah satu kaos beserta dengan jaket ke arah MinJung. MinJung menangkapnya. Chanyeol melangkah pergi.

"Kau mau kemana?"

"Mencari toilet umum untuk berganti pakaian." ujarnya tanpa menoleh.
MinJung berlari menghampiri Chanyeol sambil membawa baju dan jaket pemberian Chanyeol. MinJung tersenyum dalam diam, begitu pun Chanyeol.

Minjung keluar dan menghampiri Chanyeol yang sedang menunggunya.
"Apa ini? Sejenis kaos pasangan?" MinJung melihat kaos yang ia kenakan sama persis dengan yang Chanyeol pakai. MinJung menatap Chanyeol dengan mata yang menyipit.

"A-apa maksudmu? Tentu saja bukan." Chanyeol mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Benarkah? Tetapi, ini seperti di dalam drama. Jika sepasang kekasih memakai kaos yang sama, mereka menyebutnya sebagai kaos pasangan." MinJung bergumam. Chanyeol tersenyum mendengarnya. Chanyeol menoleh dan menatap MinJung.

"Apa kau berpikir..kita adalah sepasang kekasih?" mata Chanyeol menyipit. Ia terus mendekatkan wajahnya ke arah MinJung. Sebaliknya, MinJung membulatkan matanya dan menghindar.

"Ti-tidak. Aku tidak berpikir seperti itu."
Chanyeol menjauhkan wajahnya dan kembali menatap lurus ke depan.

"Benarkah?"

"Tentu saja." MinJung melangkah mendahului Chanyeol. Chanyeol tersenyum.

"Hey!! Kau mau kemana?" Chanyeol menghampiri Minjung.

"Pulang." MinJung semakin mempercepat langkah kakinya ketika Chanyeol mulai mendekat. Tetapi usahanya sia-sia. Satu langkah bagi Chanyeol, dua langkah bagi kaki mungil MinJung. Alhasil, dengan mudah Chanyeol memimpin berjalan di depan.

"Yak!! Tunggu!!"

~

Jarum jam terus berputar sesuai dengan porosnya. Musim demi musim MinJung lewati sebagai dirinya sendiri. Tidak ada Park MinJung yang terkenal maupun Lee HaNa.

JiYoung keluar dari kamarnya dengan senyuman yang terus mengembang di sudut bibirnya. MinJung dan ibunya yang melihat itu merasa heran dan bertanya-tanya. Mereka duduk di depan meja makan yang sudah penuh dengan berbagai makanan.

"Oppa,kau kenapa? Sakit?" MinJung melirik kearah kakaknya selagi menyumpit makanannya. Bukannya menjawab, JiYoung justru merebut kimbab yang hendak MinJung ambil dengan tangan kanannya. MinJung mendengus kesal dan merengek kepada ibunya atas ketidaksopanan kakaknya. JiYoung hanya terkekeh atas kejahilannya,lalu melangkah pergi.

"Oppa,kau mau kemana? Ini kan hari libur?" MinJung heran melihat penampilan kakaknya yang sangat rapi dengan setelan jas. JiYoung menoleh dan menatap MinJung sinis. Orang yang ditatap justru terlihat bingung sambil menaikkan satu alisnya.

"Hey,bodoh! Hari ini..kita harus pergi untuk pendaftaranmu ke Universitas bukan?"

"Shireo! Oppa.. Aku tidak ingin kuliah!"

"Aish! Mau jadi apa kau?! Artis yang dibuang dan terus menjadi pengangguran,eoh?" JiYoung menarik lengan MinJung agar beranjak dari kursi itu. Namun,MinJung tetap bersikeras untuk tidak mendaftar ke Universitas. Baginya itu sangat memalukan dengan usianya sekarang. Lebih baik pengangguran daripada harus mendaftar ke Universitas dengan usia 22 tahun. Itu sangat memalukan bagi MinJung. Tetapi menurut kakaknya lebih memalukan jika harus mempunyai seorang adik yang pengangguran daripada terlambat mendaftar ke Universitas. Ya,pemikiran mereka selalu saja bertentangan.

"Aku malu. Aku tidak ingin kuliah."

"Kenapa? Kau itu masih sangat muda! Kau harus mempunyai masa depan! Ayo!!" JiYoung menyeret MinJung masuk ke dalam mobilnya.

"Oppa..aku harus berganti pakaian dulu! Tidak mungkin aku pergi dengan pakaian seperti ini! Aku bahkan belum mandi." MinJung menarik-narik baju tidurnya yang terlihat sangat kekanak-kanakkan. Bahkan,ia mencium bau yang tidak menyenangkan di tubuhnya. Ia harus mendaftar dengan mengenakan baju tidur doraemonnya ditambah poninya yang diikat keatas.

"Dan kau akan melarikan diri lagi? Tidak!! Tidak ada alasan."

JiYoung memarkirkan mobilnya dan menyeret MinJung masuk kedalam tempat pendaftaran. Semua orang yang berada disana menatap heran kearah MinJung. Penampilan MinJung sangat tidak manusiawi(?).

"Oppa.." MinJung terus menutup wajahnya dan bersembunyi di punggung JiYoung.
MinJung terus berdecak kesal atas sikap keterlaluan kakaknya itu.

JiYoung dan MinJung akhirnya keluar dari tempat pendaftaran itu. JiYoung tersenyum penuh kemenangan.

"JiYoung oppa!! Kau menyebalkan!!"

"Aish!! Kau akan berterima kasih padaku nanti!!" JiYoung mengacak pelan rambut MinJung.

"Belikan aku es krim!!" MinJung melipat tangannya di depan dada. JiYoung yang melihat tingkah adiknya itu hanya bisa terkekeh. Diusianya yang terus bertambah dan beranjak dewasa,MinJung tidak mengubah sifat kekanak-kanakkannya itu.

~

"Ibu,aku berangkat!!"

MinJung melambai kearah ibunya. Ia mengawali hari ini dengan penuh semangat. Langit begitu cerah seakan mendukungnya untuk memulai hidupnya lagi dari awal. MinJung lolos dalam wawancara dan membuatnya otomatis menjadi salah satu mahasiswa di Universitas tersebut dengan jurusan musik tentunya.

Dengan perasaan ragu yang cukup besar masih menyelimuti pikirannya,ia tetap berusaha untuk meyakinkan diri dan terus melangkah.

"Hey!! Park MinJung-ssi!!" seorang pengendara motor berhenti tepat disamping MinJung dan memanggil namanya. MinJung lantas menoleh dan sedikit berhati-hati.
Pengendara motor tersebut memperlihatkan wajahnya di balik helm yang ia kenakan. MinJung bernapas lega setelah mengetahui siapa pengendara motor tersebut.

"Yoon Jin-ssi?"

"JinSeo. Yoon JinSeo imnida."

"Ahh..ya. Yoon JinSeo-ssi. Apa kabar?" MinJung tersenyum kikuk.

"Baik. Bagaimana denganmu?"

"Baik. Sama sepertimu."

"Kau akan pergi ke suatu tempat?"

"Ahh..ya. Aku harus pergi. Sampai nanti."

"Kemana? Biar aku antar."

MinJung sampai tepat waktu sebelum kelas dimulai. Ia mencari tempat duduk yang kosong dan bersiap untuk mengikuti pembelajaran. JinSeo melihat MinJung di balik pintu ruangan tersebut,ia tersenyum. Tiba-tiba tangan seseorang menepuk pundaknya. JinSeo terkejut dan langsung menoleh.

"Aish!! Hyung,kau mengagetkanku."

"Kau sedang apa disini?"

"Tidak. Aku hanya ingin mengunjungimu. Aku merindukanmu.. Chanyeol hyung!!" JinSeo merengek dan merentangkan tangannya hendak memeluk Chanyeol. Namun,Chanyeol justru bergidig ngeri dan meninggalkan JinSeo begitu saja.

"Anyeonghaseyo!! Maaf saya terlambat. Perkenalkan,Park Chanyeol-imnida." Chanyeol membungkuk di depan seluruh muridnya. Ia adalah dosen jurusan musik di Universitas tersebut.

MinJung terbelalak melihat Chanyeol berdiri di depan dan memperkenalkan dirinya sebagai dosen. Mata MinJung membulat sempurna. Ia langsung berdiri untuk lebih memastikannya,tanpa rasa malu ia mengangkat tangan dan menunjuk kearah Chanyeol tanpa memperdulikan orang lain.

"K-kau?!"

Semua orang menoleh dan menatap bingung kearah MinJung. Tak terkecuali Chanyeol.

"Seonsaengnim,apa kalian saling mengenal?" salah satu murid perempuan bertanya karena melihat ekspresi dosennya yang terkejut.

"Aku tidak yakin itu. Maaf.. Apa kau mengenalku?"

"Ck! Tidak! Tentu saja tidak!" MinJung berdecak dan kembali duduk.

"Kalau begitu,kita mulai saja pembelajarannya."


Kelas pun berakhir. MinJung menghampiri Chanyeol.

"Kau? Kau benar-benar tidak mengingatku?" MinJung memicingkan matanya.

"Tentu. Aku mengenalmu." Chanyeol melangkah pergi. Sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman.

MinJung terlihat bingung akan jawaban Chanyeol barusan,ia sudah seperti orang bodoh ditambah dengan penampilan anehnya dan kacamata biru yang ia kenakan.

"Apa kau mengenalnya?" seseorang membuat MinJung terkejut karena muncul secara tiba-tiba entah darimana.

"Hey!! Kenapa kau diam saja?" karena tidak kunjung mendapat respon Min Jung, gadis itu pun sedikit mengguncang tubuh Min Jung.

"Eoh? Siapa kau?" MinJung tersadar.

"Aku? Sung Eun Mi-imnida." gadis itu tersenyum ramah sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah MinJung. MinJung meraih tangan Eun Mi.

"Sung Eun Mi? Ahh.. Aku__"

"Park Min Jung. Benarkan?" lagi-lagi gadis itu tersenyum.

"Ya. Kau mengenalku?"

"Tentu. 23 Februari 1993. Golongan darah A. Tinggi 170. Berat 48. Warna favorit biru dan putih karena kau sangat menyukai doraemon." Eun Mi terkekeh karena ia masih mengingat itu semua.

"Bagaimana bisa kau__"

"Aku penggemarmu. Penggemar setia. Senang bertemu denganmu." Eun Mi melangkah pergi.

"Penggemarku?" gumam MinJung.

~

Sudah empat bulan MinJung berkuliah di Universitas itu,namun tidak ada yang ia pelajari. MinJung pergi kesana hanya sekedar untuk menghindari ocehan kakaknya saja tanpa berniat untuk belajar. Ia selalu membuat masalah tanpa ia sadari,seperti tidur pada saat jam pelajaran berlangsung dan lupa mengerjakan tugasnya. Berbagai hukuman telah ia lakukan.

Sempat terpikir olehnya untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Namun selalu terdengar oleh telinganya berbagai ocehan dan perkataan yang membuat harapannya lenyap dan itu semua menjadi ketidakmungkinan baginya. Masa lalu membuatnya menjadi orang yang buruk di mata orang lain.

"MinJung-ah..kajja!! Kita ke kantin." beruntung, MinJung setidaknya masih memiliki satu penggemar setianya yaitu Sung Eun Mi. Ia satu-satunya sahabat yang mengerti akan keadaan yang dihadapi Min Jung sekarang.

"Sudahlah. Jangan sedih. Kau cukup mengabaikannya saja. Eoh?"

"Ya. Tentu." MinJung menggandeng tangan Eun Mi.

"Lihatlah!! Dia sama sekali tidak mempunyai rasa malu. Dasar bermuka tebal." ocehan sampah keluar dari mulut seorang gadis cantik bernama Yena. Sungguh sangat disayangkan.

"Kau ingin makan apa?" Eun Mi berusaha mengalihkan pendengaran MinJung. Ia tidak ingin MinJung terus disakiti.

"Aku tidak lapar. Aku ingin minum saja. Disini sangat panas." padahal,hujan sedang turun cukup lebat sejak tadi pagi. Bahkan seharian ini sinar matahari pun tidak nampak terang.

"Baiklah. Bubble tea? Banana milk? Atau.. Milkshake?" Eun Mi paham betul apa yang dimaksud 'panas' oleh MinJung.

"Bubble tea."

~

Kelas selesai.

MinJung senang karena jika kelas berakhir itu artinya ia bisa kembali bernapas untuk bertahan hidup dari semua cemooh dan hinaan yang selama ini ia dengar yang membuatnya sangat sesak dan begitu muak.

"Kajja!!" Eun Mi menggandeng tangan MinJung.

"Park Min Jung-ssi." MinJung menoleh.

"Ya? Ada apa?"

"Kau ke ruangan ku sekarang."

"Maaf. Tapi aku harus pulang." Chanyeol menghentikan langkahnya. Min Jung membungkuk lalu berjalan melewati Chanyeol. Namun Chanyeol menahannya.

"Aku harus bicara denganmu. Ikut aku." Chanyeol menarik lengan MinJung. MinJung menolak dan menepisnya.

"Aku tidak mau. Aku harus pergi. Kajja,eonni!!' Eun Mi hanya bisa menuruti MinJung.


~White Rose~



Tidak ada komentar:

Posting Komentar