Title: Because of you.. 'White Rose'
By : IpoNovi23
PG-15 | Sad & Romance | Chapte | Park Chanyeol & Park Minjung (OC)
#Chapter 7
Selamat membaca^^
Sebuah pertemuan pasti didampingi dengan perpisahan. Kita tidak akan tahu kapan semua itu akan terjadi.
Serahkan saja pada takdir. Kita hanya bisa berharap akhir dari sebuah takdir yang bahagia. Berusahalah yang terbaik.
Percayalah..
Setiap dari usaha pasti membuahkan hasil. Sekecil apapun itu...
Berita mengenai Park MinJung semakin panas. Tidak hanya menyangkut operasi pita suara, tetapi sudah berlebihan sampai membahas mengenai hilangnya Park MinJung secara tiba-tiba empat tahun lalu. Itu benar-benar tidak diduga, gosip itu terus berkembang dan menyebar di mana-mana sampai ke manca negara. Sayangnya, hampir semua komentar dan respon dari masyarakat buruk. Mereka menghujat MinJung bahkan membencinya. Dahulu mereka memuja-muja MinJung, tetapi sekarang mereka mencemooh MinJung hanya karena sebuah berita yang belum tentu kebenaranya. Sungguh disayangkan!!
Untuk sementara waktu girl band yang dipimpin oleh MinJung divakumkan. Bahkan, semua tawaran, iklan, film, dan konser dibatalkan. Akibat dari gosip murahan itu, perusahaan rugi besar. Padahal, mereka sedang di masa kejayaannya.
Chanyeol berlari menuju apartemen MinJung setelah melihat berita itu. Di halaman depan apartemen, terdapat banyak reporter. Chanyeol jadi tambah mencemaskan keadaan MinJung. Ia berlari menuju lift, namun mengurungkan niatnya karena lagi-lagi terdapat banyak reporter disana.
Chanyeol terus berlari menaiki tangga. Ia terlihat begitu kelelahan. Sesekali ia berhenti dan memegang lututnya yang terasa pegal. Begitu ia sampai, para reporter pun sampai. Mereka melangkah menuju apartemen MinJung. Chanyeol yang melihat itu langsung berlari. Para reporter itu melihat Chanyeol berada tepat di depan pintu apartemen MinJung, mereka pun berlari. Namun sayang, Chanyeol terlebih dahulu berhasil masuk ke dalam, sebelum mereka menghampirinya.
"Siapa dia? Apa dia kekasihnya?" tanya para reporter itu. Mereka sedang menduga-duga. Bersiap untuk menyebarkan berita yang lebih heboh. Tanpa memikirkan kebenarannya. Yang mereka pikirkan hanya bagaimana cara mendapatkan berita yang lebih heboh tanpa memikirkan benar atau tidaknya. Egois. Itulah sikap mereka.
"MinJung-ssi? Park MinJung-ssi?" Chanyeol berusaha untuk memanggil nama MinJung berulang kali, namun tidak ada jawaban. Ponselnya pun tidak aktip.
Chanyeol menyusuri setiap sudut rumah itu. Kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dan kamar tidur satu-satunya yang ada disana pun ia tidak menemukan MinJung. Chanyeol mencoba menghubungi MinJung, terdengar suara dering ponsel MinJung. Chanyeol mencoba untuk mencari di mana dering ponsel itu berasal, pasti MinJung ada di suatu tempat, ia pasti berada di sekitar sini. Chanyeol sampai di depan sebuah ruangan, dering ponsel MinJung ada di dalam, itu menandakan MinJung juga ada di dalam ruangan itu. Chanyeol mencoba membuka pintu tersebut, namun mengurungkan niatnya.
"MinJung-ssi, kau ada di dalam? MinJung-ssi.."
Chanyeol ingat bahwa MinJung mengatakan bahwa ruangan itu adalah gudang. Tidak boleh seorang pun masuk ke dalam kecuali dirinya. MinJung mengatakan bahwa ruangan itu sangat menyeramkan.
Chanyeol memutuskan untuk masuk ke dalam dan membuka pintu itu. Pintu itu tidak terkunci.
"MinJung-ssi.. Maaf, aku masuk.. MinJung-ssi, kau dimana?" Chanyeol melangkah memasuki ruangan itu.
Ruangan itu memang terlihat tidak terawat dan sedikit menakutkan karena sangat berdebu. MinJung tidak ada disana. Chanyeol pun berbalik dan melangkah pergi. Namun, ia menghentikan langkahnya dan kembali menoleh ke belakang. Disana terlihat sebuah pintu. Sepertinya pintu tersebut mengarah ke sebuah ruangan rahasia, karena dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terlihat seperti sebuah pintu dan jika hanya dilihat sekilas, itu tampak seperti tembok biasa yang berdebu dan tidak terawat.
Chanyeol melangkah mendekati pintu rahasia itu. Disana terdapat sebuah ukiran bergambar bunga mawar yang sangat indah. Chanyeol menyentuh dan membersihkan debu yang menutupi ukiran tersebut. Tiba-tiba saja pintu terbuka.
Disana terlihat banyak bunga mawar putih, seperti sebuah taman yang sangat indah. Sejuk. Chanyeol tidak menyangka ada ruangan seperti ini di sebuah apartemen. Seperti sedang berada di surga. Indah.
"MinJung-ssi.." Chanyeol menghentikan langkahnya ketika melihat MinJung sedang duduk dan menangis.
MinJung langsung mengusap air matanya, ia tidak boleh ketahuan menangis oleh orang lain. Tidak boleh. MinJung mengstabilkan perasaannya. Menarik napas dan bersikap seperti biasa. MinJung lantas berdiri dan menghadap Chanyeol.
"Chanyeol-ssi, kenapa kau kesini? Bagaimana bisa kau masuk? Bukankah sudah ku bilang__"
"MinJung-ssi, kau..baik-baik saja?"
"Tentu. Kenapa?" MinJung tersenyum. Menampilkan senyum terbaiknya agar Chanyeol percaya bahwa ia baik-baik saja. Padahal, mata bengkaknya menjelaskan semuanya dan Chanyeol melihat itu. MinJung selalu memakai topeng bahkan kepada keluarganya sendiri.
MinJung selalu tersenyum. Tersenyum dan tersenyum untuk orang lain. Bahkan, sesakit apapun yang ia rasakan, MinJung selalu tersenyum di hadapan orang lain. Ia tidak ingin membuat orang lain khawatir karena dirinya. Ia selalu menangis dalam diam tanpa berniat untuk memberontak. Tidak ada seorang pun yang menjadi sandaran bagi MinJung. Ia selalu berdiri dengan kedua kakinya. Ketika terjatuh, ia tidak membutuhkan uluran tangan orang lain, ia akan merangkak dan berusaha untuk berdiri sendiri. Walaupun itu akan melukai tubuh bahkan hatinya.
MinJung bukanlah seseorang yang buruk dan sombong. Namun, ia hanya seseorang yang terluka di masa lalu dan membuatnya menjadi sangat tertutup dan dingin. Ia tidak bisa mempercayai orang lain sepenuhnya, karena bahkan orang tua kandungnya pun berbohong padanya. Ia dititipkan begitu saja oleh kedua orang tuanya karena sebuah perceraian. Hak asuhnya jatuh pada ibunya, namun karena ibunya hanya mementingkan karirnya, ia tega meninggalkan anaknya. Sebab itu, ia menutup diri dari orang lain.
Menjadi seseorang yang baik, hangat, dan selalu tersenyum. Itu bukan sesuatu sikap yang buruk, tetapi MinJung juga pantas menangis dan marah. Karena ia hanya manusia biasa dan bukan seorang malaikat.
"Benar kau baik-baik saja?" Chanyeol melangkah menghampiri MinJung. Ia menatap binar di mata MinJung. Sorot matanya mengatakan bahwa ia tidak baik-baik saja.
"Ya. Aku baik-baik__" ucapan MinJung terpotong karena tiba-tiba saja Chanyeol memeluknya.
MinJung merasa sesak di dadanya. Sakit, itu lah yang MinJung rasakan. Ia pantas menangis, bukan malah tersenyum seperti orang bodoh dan bertindak seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
"Apa kau bodoh? Kenapa kau terus tersenyum seperti itu?" Chanyeol melepaskan pelukannya dan memegang bahu MinJung.
"Ya. Aku memang bodoh. Apa yang harus aku lakukan? Chanyeol-ssi.. Apa yang harus aku lakukan?" MinJung tertunduk dan mulai menangis. Chanyeol memeluk MinJung. Lagi.
"Apa yang kau lakukan?! Pergi!!! Aku benci seseorang yang melihatku menangis!! PERGI!!" MinJung memberontak dan memukul-mukul Chanyeol.
"Tak apa. Aku tidak perduli. Menangislah.. " Chanyeol menepuk-nepuk punggung MinJung untuk menenangkannya. MinJung semakin terisak dalam pelukan Chanyeol.
Paman CEO tengah berdiri, ia terus menoleh ke kanan dan ke kiri seperti sedang menunggu seseorang datang. Tidak lama setelah itu, seorang pria berjalan menghampiri paman CEO. Pria itu adalah reporter yang telah merekam percakapan Rae jin, Yong in dan Hyun hee waktu itu, sekaligus orang yang menyebarkan berita mengenai Park Minjung.
"Terima kasih atas kerja samanya." ujar paman CEO sambil berjabat tangan dengan pria itu.
"Senang bekerja sama dengan anda."
Yong in terlihat gusar dan khawatir.
"Eonni, bagaimana ini?" YongIn memegang tangan HyunHee.
"Tidak akan terjadi apa-apa. Tenanglah.." HyunHee menggenggam balik tangan YongIn. Mencoba untuk menenangkannya.
"Ini semua karena kita. Karena kita, MinJung eonni__"
"Tidak. Ini bukan kesalahan kita,ini semua salahnya." ujar RaeJin. Yong in terkejut.
"Apa maksud eonni? MinJung eonni tidak salah!!" protes Yong in.
"Benar. Dia yang salah. Lalu, kenapa kita yang harus menanggung semua ini?" ujar HyunHee.
"Tidak. Eonni!!" YongIn mengejar kedua eonninya, meraih tangan mereka dan berusaha menyadarkan kekeliruan mereka.
Mereka melangkah keluar. Tidak lama lagi konferensi pers akan dimulai.
~
"Apa kau menyukai mawar putih?" Chanyeol menoleh kearah MinJung yang duduk di sampingnya.
"Ya. Seseorang memberiku mawar putih. Sejak saat itu, aku menyukainya."
"Bukankah seharusnya kau hadir di konferensi pers?" Chanyeol tidak ingin membahas lebih mengenai mawar putih. Ia mencari topik lain.
Bola mata MinJung terlihat sendu. Air mata mulai menggenangi bola matanya. Ia terlihat sangat tertekan.
Tes!
Air mata MinJung tak bisa lagi dibendung. Menetes dan terus menetes, membasahi kedua pipinya. Menangis tanpa isakan dan hanya diam. MinJung selalu melakukan itu, membiarkan hatinya terluka lagi dan lagi tanpa berniat untuk mengobati, bahkan ia terus menambah luka itu. Menutup luka dengan luka yang lebih besar dan sangat menyakitkan.
Chanyeol yang melihat itu hanya bisa diam. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Bingung. Hatinya ikut tergores melihat MinJung menangis. Terasa sesak dan menyakitkan pula.
"MinJung-ssi, kau baik-ba__"
"Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Chanyeol-ssi, apa yang harus aku lakukan? Aku sangat takut." MinJung menangis. MinJung menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menenggelamkan di antara lututnya. Tubuhnya bergetar. Ia terus terisak.
"Tak apa. Semuanya akan baik-baik saja."
~
Malam ini salju kembali turun. MinJung keluar rumah dan berjalan-jalan di sekeliling melihat salju turun. MinJung menengadahkan tangannya, membiarkan salju jatuh ditelapak tangannya lalu mencair.
Chanyeol yang melihat MinJung melalui kaca jendela berniat untuk menghampirinya. Ia memakai jaketnya. Ketika tepat di belakang MinJung, ide jail muncul di kepalanya. Chanyeol meresleting penuh sampai wajahnya pun tertutup. Ia bersiap-siap untuk mengagetkan MinJung. MinJung yang merasa seperti ada yang mengikuti, ia menoleh ke belakang. MinJung terkejut karena Chanyeol mengangkat tangannya seperti akan mencekiknya dari belakang. MinJung pun memukul Chanyeol berulang kali.
"Siapa kau?"
"Ini aku. Park Chanyeol." Chanyeol mengangkat wajahnya. Namun MinJung semakin ketakutan karena wajah Chanyeol tertutup. MinJung memukul kepala Chanyeol.
"Siapa? Chan__" MinJung tersadar. Chanyeol pun menurunkan resleting dan menampakkan wajahnya. MinJung merasa bersalah karena telah memukuli Chanyeol. Ia berjongkok dan menangis seperti anak kecil. Chanyeol semakin bingung. Kenapa MinJung menangis? Yang dipukuli kan Chanyeol, bukan MinJung.
"Maaf.. Maafkan aku? Kau pasti terkejut." sesal Chanyeol. Ia tidak tahu akhirnya akan seperti ini.
MinJung terus menangis. Chanyeol merasa bersalah dan ikut berjongkok. Chanyeol mengusap air mata di pipi MinJung. Suara tangis MinJung semakin keras. Chanyeol merasa heran, biasanya MinJung menangis tidak sampai seperti ini.
"Apa kau sakit? Maaf, membuatmu ketakutan."
"Kakiku lemas karena-mu." MinJung mengusap air matanya dan berhenti menangis.
"Naiklah. Disini dingin. Ayo masuk." Chanyeol berbalik dan memunggungi MinJung. Ia menyuruh MinJung untuk naik ke atas punggungnya.
"Tidak usah. Aku berat." MinJung mendorong punggung Chanyeol agar menjauh.
"Aku tahu. Naiklah!!"
"Ck! Kau akan menyesal!!" MinJung pun naik ke atas punggung Chanyeol dan melingkarkan tangannya di leher Chanyeol. Chanyeol berdiri dan sedikit oleng sampai hampir terjatuh karena berat badan MinJung.
"Sudah ku bilang, aku berat. Kau akan menyesal." cibir MinJung.
"Aku tahu. Diamlah!!"
MinJung kesal karena Chanyeol membentaknya. Ia mencekik Chanyeol dengan memperkecil lingkaran tangannya di leher Chanyeol.
"Yak!! Kau mau membunuhku, eoh?!"
~
Ting tong ting tong~
"Ya, sebentar!!" MinJung melangkah menuju pintu dan membukanya.
"Siapa?"
Tak ada seorang pun disana. Hanya sebuah kotak kecil bergambar doraemon. MinJung tersenyum dan membuka kotak kecil itu.
MinJung terkejut dan langsung membuang kotak kecil itu.
"Kenapa?"
MinJung memeluk Chanyeol erat. Chanyeol yang bingung hanya diam dan membulatkan matanya. MinJung tersadar dan mendorong tubuh Chanyeol agar menjauh.
"Maaf.." lirih MinJung.
Chanyeol melihat isi dari kotak itu. Sebuah pisau yang berlumur darah. Terdapat sebuah surat di dalamnya.
_ Mati saja kau!! B*jingan!! Penipu!! Sudah aku siapkan pisau untukmu. Aku tunggu berita kematianmu_
MinJung bergetar ketakutan. Keringat bercucuran di pelipisnya.
"Kau baik-baik saja?"
"Ya." MinJung melangkah menuju kamarnya.
MinJung melihat media sosial miliknya. Ia kembali menangis.
"Gadis jalang? Penipu? Gadis gila? Mati? B*ajingan?" gumam MinJung membaca komentar-komentar buruk di akun media sosialnya. Banyak pula foto yang bergambar dirinya yang sangat mengerikan. Berlumur darah.
RaeJin dan HyunHee memutuskan untuk keluar dari group dan membatalkan perpanjangan kontrak dengan agensi. YongIn masih bertahan dan memutuskan untuk vakum sementara waktu dari dunia hiburan. Ia berlibur ke Amerika dan sementara waktu tinggal disana.
"MinJung-ssi.." Chanyeol mengetuk pintu kamar MinJung. MinJung keluar dengan membawa sebuah koper.
"Kau.. Mau kemana?"
"Aku akan tinggal bersama kakak dan ibuku."
~
Melihat Minjung yang terus saja diam, Jiyoung merasa khawatir.
"MinJung-ah.. Kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja. Bagaimana keadaan ibu?"
"Ibu baik-baik saja."
"Syukurlah. Aku sangat merindukannya." MinJung menoleh dan tersenyum kepada kakaknya. Mereka sedang dalam perjalanan menuju Busan.
Chanyeol berjalan sambil melihat kedua kakinya yang memakai sepasang sepatu baru bergambar doraemon pemberian MinJung.
"Lagi-lagi doraemon. Aku tidak menyukainya."
YongIn yang sedang berjalan menuju suatu tempat, tiba-tiba saja teringat MinJung. YongIn mengirim sebuah pesan teks.
_ Eonni, kau baik-baik saja? Aku mengkhawatirkanmu. _
MinJung tersenyum membaca pesan yang Yong in kirim.
_ Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Terima kasih sudah menghawatirkanku._
_Aku baik-baik saja. Disini menyenangkan. Tapi, aku merindukanmu eonni. Sangat merindukanmu!! Saranghae, MinJung eonni _
MinJung tersenyum geli membaca pesan YongIn. Tingkah lucu adiknya itu sangat membantu. Walaupun sedikit berlebihan. MinJung sangat menyayangi YongIn.
MinJung melangkah masuk menghampiri ibunya. Ia menuju taman di belakang rumahnya. Disana terlihat seorang wanita paruh baya tengah menyirami bunga mawar putih yang tumbuh di pekarangan belakang rumahnya. Tampak indah persis seperti di ruangan rahasia apartemen MinJung.
MinJung menghampiri wanita paruh baya itu. Tak terasa cairan bening di matanya itu berhasil menetes begitu saja. Ia menangis. Wanita paruh baya itu menoleh ke belakang.
"MinJung? Anakku.."
MinJung memeluk ibunya yang sudah berbulan-bulan ia tidak melihatnya karena sibuk dengan kegiatannya.
"Ya, ibu. Ini aku. Park MinJung. Maafkan aku, ibu.." MinJung menangis dipelukan ibunya.
"Tidak apa-apa. Kau baik-baik saja bukan? Kenapa menangis?" ibu membelai rambut panjang MinJung.
"Aku baik-baik saja. Aku sangat merindukanmu, ibu."
"Ayah, kita harus memperbaiki situasi ini. Kita tidak boleh membiarkannya begitu saja bukan?" Chanyeol memprotes ayahnya, karena hanya diam dengan permasalahan ini.
"Tapi bagaimana caranya? Memang benar, MinJung melakukan operasi pada pita suaranya. Lalu kita harus bagaimana?" paman CEO terlihat gusar. Ia tidak tahu harus melakukan apa untuk memperbaiki permasalahan yang ada. Karena, ia juga tahu bahwa memang benar MinJung sudah melakukan operasi tersebut.
"Tapi, ayah.."
"Sudahlah."
Chanyeol berdiam diri di kamarnya. Ia sedang memikirkan cara untuk masalah ini. Entah kenapa, ia ingin sekali mempercayai MinJung. Padahal semuanya sudah jelas. Tetapi Chanyeol yakin MinJung bukanlah orang yang seperti itu. Ia tidak akan membohongi semua orang hanya untuk uang dan kepentingan pribadinya. Pasti MinJung memiliki sebuah alasan. Tetapi alasan apa? Apa yang sebenarnya MinJung pikirkan?
Yoora, kakak perempuan Chanyeol mengetuk pintu kamar Chanyeol. Chanyeol pun melangkah menuju pintu dan membukanya.
"Ada apa?"
Pletak!!
Sebuah pukulan mendarat tepat di kepala Chanyeol. Chanyeol berteriak kesakitan. Ada apa dengan kakak nya itu?
"Yak!! Kenapa kau memukulku, eoh?!"
"Tidak sopan." Yoora menginjak kaki Chanyeol dan melangkah masuk ke kamar Chanyeol.
"Aish!!!" Chanyeol mengacak-acak rambutnya.
Yoora duduk di tepi kasur. Chanyeol menghampiri kakaknya dan menarik kursi komputernya untuk ia duduki.
"Hey!! Duduk di bawah!!" Chanyeol menaruh kembali kursi itu dan duduk di lantai menghadap kakaknya. Wajahnya terlihat sangat jelek jika sedang kesal. Chanyeol memalingkan wajahnya ke arah lain, tidak ingin menatap wajah kakaknya.
"Kau menyukai gadis itu?" Yoora melipat kedua tangannya. Chanyeol yang mendengar penuturan kakaknya itu, langsung menoleh ke arah Yoora.
"Siapa?" Chanyeol memalingkan wajahnya lagi dan melipat kedua tangannya juga. Ia tidak ingin kalah dari kakanya itu. Ia bukan lagi seorang anak laki-laki. Sekarang ia adalah seorang pria. Ya, pria.
"Gadis itu, yang bernama..itu.. Artis itu.." Yoora melupakan nama MinJung.
"Siapa?"
"Itu.. Majikanmu itu.. Park.. "
"Siapa?" Chanyeol tersenyum.
"YAK!! KAU TINGGAL MENYEBUTKAN NAMANYA!! Kau pasti tahu!! MAJIKAN, MAJIKANMU!!!"
"Park MinJung-ssi?" ujar Chanyeol dengan wajah anehnya itu.
"YA. Kau menyukai gadis itu bukan?" Yoora mengangkat jari telunjuknya dan mengarahkanya tepat di wajah Chanyeol. Chanyeol merasa jengkel dan menepis tangan Yoora.
Pletak!!
Chanyeol harus menerima pukulan lagi dari kakak perempuan satu-satunya itu.
"Yak!! Kenapa kau selalu memukulku?!"
"Karena kau adikku." Yoora tersenyum dan mengacak rambut Chanyeol. Chanyeol hanya bisa mencibir dan mengutuk kakaknya itu.
"Kau menyukai gadis bernama Park MinJung itu bukan?" Yoora menatap adiknya itu.
"Tidak. Aku tidak menyukainya." Chanyeol memalingkan wajahnya. Yoora tersenyum.
"Kau tidak bisa berbohong!! Dasar bodoh!! Katakan saja padaku."
"Aku tidak berbohong. Aku tidak menyukainya."
"Lalu, kenapa kau menghawatirkannya?"
"Hanya saja.. Aku merasa kasihan padanya. Ya, hanya kasihan."
"Ahh.. Begitu rupanya. Kau jangan terlalu kasihan padanya.. Nanti kau bisa jatuh hati." goda Yoora sambil tersenyum jahil.
"Ck!! Tidak. Tidak mungkin."
"Keluar. Noona, keluarlah!! Aku ingin beristirahat." Chanyeol menarik tangan Yoora dan mendorongnya untuk keluar dari kamarnya.
"Hey!! Aku belum selesai bicara!! Hey!! Park Chanyeol!!"
~
Terlihat begitu banyak reporter yang sedang bersiap-siap menunggu seseorang. Sepertinya akan diadakan sebuah konferensi pers.
Tiba-tiba saja seluruh reporter yang sedang menunggu itu beranjak dari kursi dan mulai memotret seseorang yang baru saja muncul dari balik pintu. Park Chanyeol lah seseorang di balik pintu itu. Ia terlihat sedikit tegang melihat begitu banyak reporter. Chanyeol menarik napas dan memberanikan diri melangkah menuju sebuah podium yang telah disiapkan. Ia berada di depan semua reporter, dengan mengenakan setelan jas hitam serta kemeja putih, ia tampak begitu tampan.
"Perkenalkan, saya Park Chanyeol. CEO NK Entertaiment. Mohon kerja samanya." Chanyeol tersenyum dan membungkuk.
"Mengenai masalah Park MinJung-ssi.. Saya akan memperjelas kebenaran masalah ini. Benar, Park MinJung artis dari NK Entertaiment pernah melakukan operasi pita suara." penuturan Chanyeol membuat semua reporter gusar. Mereka mengajukan banyak pertanyaan.
"Tapi.. Alasan ia melakukan operasi tersebut adalah untuk kepentingan kesehatan. Bukan untuk kepentingan karir atau berniat untuk membohongi kalian semua. Alasan Park MinJung-ssi tidak ingin mengungkapkannya adalah untuk melindungi seseorang. Ia tidak ingin menyakiti orang tersebut. Lagipula, Park MinJung-ssi sudah berusaha keras melatih vokalnya untuk kembali seperti semula. Tidak mudah baginya untuk bisa mendapatkan suara seperti dulu. Ia terus berlatih selama 2 tahun. Itu demi kalian semua. Ia ingin terus bernyanyi dan berkarya untuk kalian. Terima kasih." Chanyeol membungkuk dan melangkah pergi.
~
Kau seorang bintang.
Seharusnya kau tetap bersinar di langit apapun yang terjadi. Ada banyak bintang lainya di sekitarmu. Seharusnya kau tidak usah merasa khawatir. Mereka akan membantumu untuk lebih bersinar di langit yang gelap dan buatlah langit itu terasa lebih terang karena kehadiran bintang sepertimu..
Aku berharap kau akan semakin bersinar seiring berjalannya waktu..
Pasti ada kalanya bintang jatuh.. Seperti dirimu sekarang ini.
~
Paman CEO merasa khawatir karena tidak ada kabar dari MinJung. Sudah lebih dari satu bulan sejak ia meninggalkan apartemennya. Banyak dukungan dan permintaan maaf yang mengalir dari masyarakat. Begitu banyak orang yang menyesali akan kesalahpahaman itu. Di media sosial terutama.
Chanyeol terlihat sedang menunggu seseorang di sebuah kafe. Ia terus memeriksa ponsel dan menoleh ke arah pintu masuk berulang kali.
Muncullah seorang gadis di balik pintu masuk kafe itu. Gadis itu RaeJin.
RaeJin menghampiri Chanyeol, mereka duduk berhadapan.
"Ada apa?"
"Apa kau tahu dimana rumah ibu MinJung? Maksudku.. Apa kau tahu dimana MinJung berada?"
"Ck! Kenapa semua orang terus bertanya padaku?! Aku tidak tahu. Aku tidak tahu tentangnya!! Jangan bertanya lagi padaku!!!" RaeJin beranjak untuk pergi namun Chanyeol menahanya.
"Kenapa kau sangat membencinya?" Chanyeol mencoba menahan amarahnya.
"Kau ingin tahu? Karena dia sangat menjengkelkan!! Dia membuatku muak!!"
"Kenapa? Kalian adalah teman."
"Teman? Tidak. Dia yang hanya menganggapku temannya. Dia selalu bersikap seolah-olah seorang malaikat. Dia.. DIA MEMBUATKU MARAH!!!" RaeJin menepis tangan Chanyeol dan melangkah pergi.
~
Rasa iri hati sangat berbahaya. Bahkan sebuah kebaikan dapat menjadi salah satu pemicunya. Ia merasa dilecehkan karena seseorang berbuat baik padanya. Tentunya karena rasa iri tersebut yang membuatnya berpikir ia ingin menjadi sama seperti orang itu, bahkan lebih. Kenyataannya, ia justru menjadi seorang monster. Karena ketidakmampuannya menjadi orang itu, ia justru mengubah rasa iri itu menjadi dendam, bukan sebagai motivasi.
~
Chanyeol bersiap-siap untuk kembali bekerja. Ia sedang bercermin dan memakaikan dasi. Lalu, ia mengenakan setelan jas nya. Setelah siap, ia melangkah pergi menuju pintu. Namun, ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah kanan. Disana terlihat sepatu bergambar doraemon pemberian MinJung. Chanyeol tersenyum lalu kembali melangkah.
MinJung keluar dari kamarnya. Ia mengenakan sebuah dress berwarna putih selutut. Rambut panjang hitamnya ia biarkan tergerai. Ia tersenyum dan menghampiri meja makan.
"Selamat pagi!!" MinJung memeluk ibunya dari belakang dan mencium pipi kanan ibunya. Ia menghampiri kakaknya dan memeluknya juga. JiYoung menyodorkan pipi kanannya agar MinJung menciumnya seperti yang ia lakukan pada ibunya. Bukannya di cium, MinJung justru menepuk-nepuk pipi Jiyoung. Ibu yang melihat itu hanya terkekeh.
MinJung duduk di samping ibunya dengan senyuman yang terus mengembang.
"Kau mau kemana?" tanya JiYoung ketika melihat penampilan MinJung.
"Membeli bunga." MinJung tersenyum.
"Bunga? Bunga lagi? Jangan katakan kau membeli bunga__"
"Mawar putih." potong Minjung.
"Yak!! Kau ingin rumah ini dipenuhi mawar putih?" protes JiYoung.
"Ibu, aku pamit. Dasar bawel." ledek MinJung pada kakaknya sambil menjulurkan lidah seperti anak kecil.
MinJung berlari keluar sebelum Jiyoung mencegahnya pergi. Ibu tersenyum melihat tingkah kedua anaknya.
"Ibu, lihatlah dia!! Dia sudah keterlaluan."
"Biarkan saja dia."
~White Rose~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar