Title: Because of you.. 'White Rose'
By : IpoNovi23
PG-15 | Sad & Romance | Chaptered | Park Chanyeol & Park Minjung (OC)
#Chapter 3
Selamat membaca^^
Chanyeol membuka pintu dan menutupnya dengan kasar.
"Ayah!! Kau sudah sangat keterlaluan! Bagaimana mungkin aku tinggal bersamanya?" protes Chanyeol.
Park Chanyeol adalah putra dari Park Taesuk dan Park Jihyun.
Ayahnya CEO dari NK Entertaiment dan ibunya seorang desainer. Chanyeol mempunyai seorang kakak perempuan bernama Park YooRa. Kakaknya adalah seorang reporter TV nasional. Chanyeol bercita-cita menjadi seorang penyanyi. Namun,pada usia 16 tahun suara merdunya hilang, berubah menjadi sangat berat dan serak. Lalu, ia mengurungkan niatnya menjadi seorang penyanyi dan beralih menjadi seorang komposer yang hebat. Ia telah menekuni dunia seni sejak dini, jadi dengan mudah ia lulus dari salah satu Universitas ternama di Perancis dengan jurusan seni musik pada usia 20 tahun. Ya, ia sangat berbakat. Usianya kini 21 tahun dan telah menciptakan banyak lagu dari berbagai genre. Mulai dari pop, ballad, jazz dan lainnya. Ia juga mahir memainkan drum, piano, dan terutama gitar.
Tapi, apa yang dilakukan ayahnya?
Ia malah menjadikan seorang Park Chanyeol yang sangat berbakat hanya menjadi seorang asisten artis. Yang benar saja!!
"Kenapa tidak? Kau kan anak yang baik. Jadi, tidak mungkin kau apa-apakan MinJung bukan?" Paman CEO malah menggoda Chanyeol.
"Ayah, bukan itu maksudku. Aku__"
"Sudahlah. Hanya beberapa hari saja." potong paman CEO.
Chanyeol berdecak kesal. Jika saja yang dihadapanya bukan ayahnya, ia sudah mencekiknya sejak tadi.
"Kau akan menggantikan posisi ayah bukan? Jadi, pahamilah karakter masing-masing artis dari perusahaan kita. Mengerti?" ujar paman CEO.
Chanyeol berusaha bersabar dan tenang. Ayahnya juga benar. Ini semua demi kebaikan. Ya, kebaikan.
"Ya, ayah. Aku pergi." pamit Chanyeol dan membungkuk sopan.
Setelah Chanyeol menghilang di balik pintu, paman CEO tersenyum penuh arti.
Flashback.
"Chanyeol putraku. Kau harus menjadi asistenya. Untuk beberapa hari saja. Manfaatkanlah waktu itu untuk memahami karakter semua artis dari perusahaan kita. Itulah caranya untuk meraih kesuksesan. Jangan menganggap mereka sebagai boneka apalagi mesin pencetak uang. Anggaplah sebagai keluarga yang saling membutuhkan dan juga mengasihi. Dengarkan keinginan dan keluhan mereka bukan sebagai CEO, tapi sebagai Park Chanyeol asisten Park MinJung. Kau harus mengambil setiap keputusan yang mencangkup kepentingan bersama. Janganlah berkuasa dan egois. Tapi kau harus bisa memimpin mereka dan perusahaan. Mengerti?"
"Aku mengerti, ayah." Chanyeol mengangguk dan tersenyum. Paman CEO pun memeluk putranya.
"Tapi, kau harus lebih memahami Park MinJung." ujar paman CEO.
"Apa?"
"Tidak."
Flashback End.
Karena Park Chanyeol bersekolah di Perancis, ia tidak terlalu mengetahui dunia k-pop. Sebab itu juga ia tidak mengenal Park MinJung. Sungguh miris.
Chanyeol mengambil ponsel dari saku jaketnya. Menggeser layar dan mencari kontak seseorang.
Kontak yang bertuliskan nama 'Majikan' yang ia hubungi.
Ia menempelkan ponselnya ke telinga kanannya. Telinga Chanyeol sangat khusus. Seperti seorang peri.
"YEOBOSEYO?!" terdengar suara seorang gadis yang sangat nyaring di ponsel Chanyeol.
Chanyeol menjauhkan ponsel dari telinganya. Takut jika gendang telinganya rusak akibat suara nyaring gadis itu.
"YEOBOSEYO?!" ujar gadis itu lagi karena Chanyeol tak kunjung berbicara dan hanya memegang telinganya yang terasa sakit dan berdengung.
"Pelankan suaramu!! Aku, Park Chanyeol. Kau dimana?"
"AKU DI RUANG KARAOKE BERSAMA SESEORANG" ujar gadis itu berteriak takut jika Chanyeol tak bisa mendengarnya karena suara bising dari musik karaoke.
Chanyeol lagi-lagi menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia rasa gendang telinganya akan pecah. Ia mendengus kesal.
"Yak!! Jangan berteriak!! Kau keluar sebentar dari ruangan itu!!" ucap Chanyeol kesal.
MinJung pun keluar dari ruang karaoke tersebut.
"Sudah. Aku sudah keluar dari ruang karaoke. Kau mau bicara apa?" tanya MinJung dengan suara lembut.
Chanyeol tak habis pikir. Suara yang begitu nyaring berubah menjadi sangat lembut hanya beberapa detik saja. Luar biasa.
"KAU DIMANA?!" teriak Chanyeol. Ia mencoba balas dendam.
"Yak!! Kenapa kau berteriak seperti itu? Teliangaku sakit karena suara mu itu." protes MinJung.
"Telingaku juga sakit karena suara nyaringmu itu." Chanyeol tak terima diprotes oleh MinJung. Disini yang pantas marah adalah dirinya, bukan MinJung.
"Baiklah. Aku minta maaf."
"Dimana alamatnya?"
"Kau mau apa?"
Chanyeol kesal. MinJung terlalu banyak bertanya dan sangat cerewet.
"Aku akan kesana. Cepat! Dimana alamatnya?" tanya Chanyeol lagi. Ketus.
"Kau tidak perlu kesini. Aku sedang bersama seseorang."
"Seseorang? Siapa?" tanpa sadar Chanyeol merasa khawatir. Ia juga penasaran siapa yang bersama MinJung di karaoke.
"Maksudku..beritahu saja alamatnya. Apa susahnya!!" sergah Chanyeol.
"Baiklah. Di Gangnam city dekat restoran ayam goreng. Tidak jauh dari tempat agensi." ujar MinJung.
Tuttttt tuttt...
Sambungan pun terputus.
MinJung melihat layar ponselnya.
"Ada apa dengannya?" gumam MinJung. Ia menyimpan nomor ponsel Chanyeol dan menamainya 'asisten baru'. MinJung kembali meletakan ponsel ke dalam ranselnya dan kembali kedalam ruang karaoke.
~
Chanyeol terus bolak-balik di depan tempat karaoke. Ia terus berpikir untuk masuk atau tidak ke tempat tersebut.
"Aishh!! Apa yang sedang aku lakukan?" gerutu Chanyeol. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket tebalnya. Dingin. Ia menggigil.
"Sudahlah. Dia bersama seseorang. Sebaiknya aku pulang saja."gumamnya melangkah pergi menjauhi tempat itu.
"Seseorang? Siapa?" Chanyeol berbalik dan melangkah masuk ke dalam ruang karaoke tersebut. Sepertinya ia sangat penasaran.
Chanyeol mengendap-endap. Ada seseorang yang yang baru saja keluar dari salah satu ruang karaoke tersebut dan menatap heran kearah Chanyeol. Chanyeol menyembunyikan wajahnya dengan jaket tebal yang ia kenakan ketika tiba-tiba saja MinJung keluar dari salah satu ruang VVIP karaoke tersebut bersama dua orang laki-laki.
Chanyeol tak percaya dan membulatkan matanya. Ia terus mengalihkan pandangannya mengikuti arah MinJung pergi.
"Ck!! Ternyata kau gadis seperti itu. Benar-benar tak terduga dengan wajah polosnya. Aku rasa, aku telah memahami dirinya yang sesungguhnya. Dia tidak pantas. TIDAK." cerca Chanyeol sambil berdecak kesal dan terus menggeleng.
Ia melangkah keluar sambil memasang wajah seperti seorang detektif. Berfikir dan menduga-duga.
Ia tampak bingung.
"Dia bukanlah gadis yang baik. Ya, itu benar." Chanyeol terus saja meyakinkan diri dan membuat kesimpulan.
Ia menghentikan langkahnya.
Terlihat MinJung sedang menggandeng salah seorang laki-laki di karaoke tadi. Mereka terlihat sangat dekat.
Chanyeol mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Apa dia kekasihnya?" gumamnya. Ia mengacak rambutnya.
"Apa peduliku? Hah?!" gerutunya. Lalu, melangkah pergi.
Pria itu memberhentikan laju mobilnya tepat di depan apartemen MinJung. MinJung pun keluar dari mobil pria itu. Lalu tersenyum. Kaca mobil tersebut terbuka memperlihatkan wajah tampan pria itu.
"Kau tidak ingin bertemu ibu? Ibu sangat mengkhawatirkanmu." tanya pria itu.
MinJung tersenyum.
"Nanti aku akan menemuinya." ujarnya.
"Pulanglah ke rumah sesekali MinJung-ah. Eoh?"
MinJung mengangguk.
"Ya. Aku mengerti. Cepatlah pulang." MinJung mengibas-ibaskan tangan, menyuruh pria itu agar cepat pergi dan melajukan mobilnya karena hari sudah malam.
"Ya. Istirahatlah." suruh pria itu. Lalu menutup kembali kaca mobilnya.
"Hati-hati oppa." MinJung melambaikan tangannya sampai mobil itu tak terlihat lagi. Ia pun melangkah masuk ke apartemennya.
~
"Kenapa kau pulang kesini?" tanya paman CEO yang melihat putranya menaiki tangga rumahnya.
"Lalu? Ini kan rumah kita." Chanyeol kembali melangkah.
"Tapi, mulai sekarang untuk beberapa hari kedepan kau tinggal bersama Park MinJung. Mengerti?!" ujar paman CEO sedikit berteriak. Ibu Chanyeol terkejut mendengar penuturan suaminya. Ia tidak tahu menahu.
"Apa maksud ayah?" tanya ibu Chanyeol meminta penjelasan. Paman CEO berkata nanti ia akan jelaskan. Ibu Chanyeol pun menurutinya, ia tahu suaminya pasti sedang merencanakan sesuatu dan ia mengerti itu.
Chanyeol menghentikan langkahnya.
"Tapi yah..MinJung sudah memiliki kekasih. Bagaimana jika kekasihnya itu tahu dan marah jika aku tinggal bersama MinJung?" protes Chanyeol.
"Dia belum mempunyai kekasih. Lagipula, kau kan asistennya. Seharusnya, kau melindungi dia." paman CEO tak mau kalah.
"Asisten?" gumam ibu Chanyeol.
"Bagaimana jika aku menyewa salah satu apartemen di sana saja?" Chanyeol memberi usul yang tentu saja dikengkang oleh paman CEO.
"Lalu MinJung akan mencurigaimu?" lanjut paman CEO.
Chanyeol terhenyak membenarkan penuturan ayahnya.
"Ayah, kenapa ayah sangat mengenal Park MinJung? Ia juga memanggil ayah paman." Chanyeol merasa curiga dengan hubungan ayahnya dengan gadis itu.
"Tanyakan saja padanya dan keluar dari rumah ini sekarang juga!!" suruh paman CEO sambil mengangkat tangan kearah pintu.
"Aish!!"
Chanyeol melangkah menaiki tangga ke lantai dua menuju kamarnya.
Chanyeol terlihat sedang memasukan beberapa pakaian ke dalam ranselnya.
"Baiklah. Hanya beberapa hari saja." gumamnya menyemangati diri sendiri.
Setelah selesai, ia melangkah menuruni anak tangga menghampiri kedua orang tuanya.
"Aku pergi." ujarnya sambil membungkuk sopan.
Ibu Chanyeol merasa iba, tetapi paman CEO sudah menjelaskan rencananya dan ia telah menyetujuinya.
Ketika pintu terbuka, terlihat seorang gadis cantik berambut panjang mengenakan jaket tebal terlihat sedikit kelelahan.
"Mau kemana kau? Ini sudah larut." tanya gadis itu.
"Aku harus pergi beberapa hari." ujar Chanyeol menanggapi pertanyaan gadis cantik itu yang ternyata kakak perempuan Park Chanyeol yang bernama Park Yoora. Ia gadis cantik berusia 23 tahun yang bekerja menjadi seorang reporter.
"Kenapa? Ada apa? Mengapa?" tanya gadis cantik itu beruntun. Chanyeol mendesah kesal dan berlalu begitu saja meninggalkan kakaknya yang bertanya-tanya.
Yoora memasuki rumah.
"Ayah, ada apa dengan Chanyeol?" tanya Yoora sambil menunjuk kearah pintu.
"Tidak ada." paman CEO malas untuk menjelaskan kepada putrinya.
Yoora bingung.
~
MinJung yang hendak tidur, terganggu oleh dering ponselnya yang berbunyi.
Ia membuka kembali penutup mata yang ia kenakan. MinJung tidak bisa tertidur jika lampu kamarnya menyala. Tetapi, ia takut gelap. Alhasil, ia selalu memakai penutup mata jika akan tidur.
MinJung meraih ponselnya disamping tempat tidur. Ia menggeser tombol berwarna hijau pada layar ponselnya.
"Apa?! Tinggal bersama? Malam ini juga?!" MinJung sontak terkejut mendengar penuturan Chanyeol.
"Sudah ku katakan jangan berteriak!! Dimana alamatmu?"
"Apartemenku di Cheondamdong city nomor 231. Tapi__"
"Baiklah." potong Chanyeol.
Tuttt..sambungan pun terputus.
MinJung mendengus kesal. Chanyeol selalu bertingkah sesuka hati padanya.
"Ck! Aku tidak akan mengangkat panggilanmu lagi."
Ting tong ting tong..
Bel apartemen berbunyi. Pemilik apartemen tersebut sedang asik bermimpi dan tertidur pulas tanpa menghiraukan suara bel yang terdengar begitu nyaring dan bergema di seluruh ruangan.
Gadis itu tidak terusik sedikitpun.
Seseorang yang menekan bel tersebut merasa geram. Ia merogoh saku jaketnya dan mengambil ponselnya.
Ponsel MinJung, pemilik apartemen itu hanya bergetar tanpa berdering.
Chanyeol sampai menggedor-gedor pintu apartemen itu. Karena menimbulkan kebisingan, membuat salah satu penghuni apartemen di sebelah merasa terganggu. Ia menegur Chanyeol untuk tidak membuat keributan lagi.
Chanyeol hanya bisa membungkuk dan meminta maaf pada orang tersebut. Ia merasa sangat kesal pada MinJung. Semua kesialan yang ia dapatkan hari ini adalah bersumber dari seorang gadis yang menurut Chanyeol sangat menyebalkan bernama Park MinJung.
Merasa tidak ada tanggapan dari pemilik apartemen, Chanyeol akhirnya menyerah dan berhenti menekan bel.
Sinar mentari menyelinap di celah-celah jendela kamar seorang gadis yang tengah terlelap. Ia merasa terusik oleh sinar terang tersebut. Gadis itu menggeliat merenggangkan tubuhnya.
MinJung telah siap untuk beraktivitas di pagi hari yang dingin itu. Salju kembali turun. Pakaian yang dipakai MinJung pun semakin tebal. Ia mengenakan syal berwarna biru dengan motif doraemon.
"Baiklah. Salju tidak buruk. Aku akan bersenang-senang." gumamnya dengan ceria sambil melangkah kearah pintu.
"MWO??!! Siapa yang menarug bangkai disini?"
MinJung terkejut melihat seseorang tengah bersandar di depan pintu apartemennya.
"Hey! Bangun! Hey!" ujar MinJung berusaha membangunkan Chanyeol sambil mengguncang-guncang tubuhnya. Chanyeol terbangun. Tapi, ia terlihat begitu lemah karena kedinginan. Wajahnya saja terlihat pucat.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya MinJung khawatir.
MinJung memapah Chanyeol untuk masuk ke kamarnya.
"Maafkan aku." sesal MinJung.
MinJung membaringkan Chanyeol di kasurnya dan menyelimuti tubuhnya sebatas leher. Chanyeol mengigil kedinginan.
MinJung menaikan suhu ruangan agar Chanyeol merasa lebih hangat.
MinJung panik dan khawatir akan kondisi Chanyeol. Ia menggenggam tangan Chanyeol berusaha menghangatkan tangan yang hampir membeku itu.
Chanyeol yang merasa tubuhnya lebih hangat,kembali terbangun. Ia terkejut dan membelalakkan matanya. Bagaimana tidak?
Ia tertidur dan MinJung berada di sampingnya. Tentu bukan seranjang, MinJung duduk di samping kanan Chanyeol dan tertidur pulas sambil menggenggam salah satu tangannya.
Chanyeol menyentuh dahinya yang terdapat handuk hangat di sana. Ia berusaha untuk melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh MinJung.
MinJung yang merasa ada yang bergerak lantas terkesiap dan mengangkat kepalanya yang bersandar di kasur.
"Kau sudah sadar? Apa sudah lebih baik?" tanya MinJung tetap sambil menggenggam tangan Chanyeol. MinJung yang tersadar segara melepaskan genggamannya. Mereka menjadi canggung.
"Aku baik-baik saja." ujar Chanyeol kikuk sambil memalingkan wajah kearah lain.
"Kemana MinJung eonni?" tanya YongIn kepada dua gadis cantik yang berada disampingnya. RaeJin dan HyunHee.
"Entahlah." ujar HyunHee. Ia sedang sibuk mengedit potonya bersama Yesung Super Junior kekasihnya.
"Eonni, apa kau tahu dimana MinJung eonni?" tanya YongIn kepada RaeJin.
"Tidak tahu. Coba kau hubungi saja dia." ujar RaeJin lalu beranjak pergi.
"Eonni, kau mau kemana?"
"Aku akan ke salon. Kai mengajak ku makan malam hari ini." tutur RaeJin.
"Kai? Kai yang hitam itu? Kau berkencan dengannya?" tanya YongIn beruntun.
RaeJin berbalik dan menatap tajam ke arah YongIn. Bagaimana tidak? Baru saja, YongIn mengatai kekasihnya hitam. Walaupun benar, tetapi itu tidak sopan.
"Iya. Aku berkencan dengannya. Kenapa? Kau bilang apa tadi? HITAM?" ujar RaeJin.
"Memang benar. Dia hitam kan eonni?" tanya YongIn kepada HyunHee. Ia mencoba menggoda RaeJin.
"Benar."
"Kalian ini benar-benar!! Jangan mengatainya lagi. Lagipula, dia lebih tua darimu!! Lebih sopanlah sedikit padanya. Mengerti?!" RaeJin kesal dan melangkah pergi. YongIn dan HyunHee terkekeh.
~
"Ini, makanlah." MinJung memberikan semangkuk bubur panas yang ia buat sendiri.
Chanyeol menoleh dan melirik bubur tersebut. Sekalipun ia sedang sakit, ia tidak suka makan bubur. Bubur adalah makanan terburuk baginya.
"Bubur?" tanya Chanyeol.
"Iya. Kau harus memakan bubur jika sedang sakit. Ini baik untuk pencernaanmu. Makanlah."
Tetapi Chanyeol enggan untuk memakannya dan menolak untuk memakan bubur itu. MinJung merasa sedikit kesal. Susah payah ia membuat bubur itu, karena sudah lama tidak membuatnya. Tapi, apa yang dilakukan pria itu? Ia sama sekai tidak menghargai usahanya dan bahkan menolak untuk sekedar mencicipi. Kejam bukan?
MinJung melangkah kearah dapur untuk membuang bubur itu. Akan tetapi, karena tidak hati-hati, tangannya menyenggol tembok dan membuat mangkuk berisi bubur tersebut jatuh ke lantai. Tangan MinJung melepuh karena terkena tumpahan bubur panas itu. Ia merintih kesakitan.
Chanyeol melangkah melewati MinJung begitu saja.
"Aku pergi." ujarnya.
Chanyeol pun membuka pintu apartemen MinJung namun ia berbalik.
"Berapa passwordnya?"
Chanyeol melihat tangan MinJung yang melepuh dan bubur yang berserakan. MinJung membersihkan pecahan mangkuk itu. Namun, jari tangannya malah terluka tertusuk oleh pecahan mangkuk itu. Chanyeol yang melihat itu bingung harus melakukan apa.
MinJung tidak memperdulikan tangannya. Darah segar terus mengalir dari luka tersebut. Tangan yang terkena bubur panas pun melepuh cukup parah. Tetapi, ia tetap saja membersihkan pecahan mangkuk itu. Sesekali ia tertusuk dan kesakitan.
"1111 itu passwordnya."
Chanyeol menarik tangan MinJung yang tidak terluka.
MinJung berdiri menghadap Chanyeol dan tertunduk.
"Kau sudah gila? Kau terluka." ujar Chanyeol. Ia tidak mengerti apa yang MinJung pikirkan sampai mengabaikan tangannya yang terluka.
Chanyeol melihat sebuah kotak berlambang kesehatan yang sedang ia butuhkan.
"Kau duduklah."
MinJung pun duduk di salah satu kursih meja makan.
Chanyeol mengobati luka di tangan dan jari MinJung dengan sangat hati-hati. Tetapi, di kotak tersebut tidak ada perban untuk menutup lukanya. Sesekali MinJung merintih kesakitan dan menggigit bibir bawahnya.
"Apa masih terasa sakit?" tanya Chanyeol.
"Sudah lebih baik. Terima kasih."
~White Rose~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar