Title: Because of you.. 'White Rose'
By : IpoNovi23
PG-15 | Sad & Romance | Chaptered | Park Chanyeol & Park Minjung (OC)
#Chapter 9
Selamat membaca^^
JiYoung memperhatikan MinJung belakangan ini. Adiknya itu terlihat murung dan tidak mudah tersenyum seperti dulu lagi. Ia melangkah menghampiri kamar MinJung dan hendak mengetuk pintu kamarnya,namun ia mengurungkan niatnya begitu mendengar suara isakan tangis adiknya.
Min Jung meraih ponselnya dan mengetik sebuah pesan teks.
'Maaf'
Send.
Drrtt..drtt..
Chanyeol membaca pesan teks yang dikirim MinJung. Ia tersenyum dan langsung membalas pesan itu.
'Tak apa. Apa kau baik-baik saja?'
Bukannya membalas,MinJung justru semakin terisak membaca pesan balasan dari Chanyeol.
Chanyeol terus saja memegangi ponselnya sambil terus mondar mandir. Namun,sudah lebih dari dua jam sejak ia membalas pesan itu,tidak ada lagi balasan dari MinJung. Ia memutuskan untuk tidur,tetapi matanya sulit sekali untuk terpejam.
"Aish!! Apa yang harus aku lakukan?" Chanyeol mengacak rambutnya dan hendak membanting ponselnya.
Drrtt..drrtt.
Ponselnya bergetar yang membuatnya mengurungkan niat untuk membantingnya.
'Aku baik-baik saja.'
Chanyeol tersenyum.
~
Jiyoung menyantap roti isi sebagai menu sarapannya pagi ini. Ia mengalihkan pandangannya dan menatap heran kearah Minjung yang sedang melangkah menghampirinya.
"Hey!! Kenapa kau mengenakan jas hujan? Diluarkan tidak sedang turun hujan."
"Oppa.. Kau harus berhati-hati. Cuaca sekarang sulit untuk diprediksi!!"
"Ck! Orang lain akan menganggapmu gila."
"Aku tidak memperdulikan orang lain." MinJung duduk di salah satu kursi meja makan. Ia tidak ingin berdebat dengan Ji Young pagi ini. Sudah sangat sesak baginya mendengar begitu banyak kata yang tidak ingin ia dengar.
"Siapa yang sedang ulang tahun? Kenapa ibu memasak sup rumput laut hari ini?" Min Jung merasa heran karena biasanya ibu hanya akan memasak sup rumput laut jika ada yang sedang berulang tahun saja.
"Gadis bodoh. Kau melupakan tanggal lahirmu sendiri?" ibu yang kesal memukul kepala MinJung. JiYoung hanya terkekeh melihatnya.
"Aku? Hari ini? Benarkah? Kenapa aku bisa melupakannya? Mana hadiah untukku?" MinJung menengadahkan kedua tangannya. Ibu dan kakaknya justru kompak menggelengkan kepala mereka.
"Tidak ada??!"
"Ini.. Sup rumput laut untukmu sebagai hadiah dari ibu." ibu menyodorkan semangkuk besar sup rumput laut dengan senyuman terbaiknya.
"Ini.. Minumlah. Itu.. Hadiah dari kakak." JiYoung hanya menghadiahkan segelas air putih untuk MinJung.
"YAK!!! Kalian__" belum selesai MinJung menyelesaikan perkataannya,mereka sudah berlari menjauhi MinJung sambil tertawa penuh kemenangan. Pagi ini diawali dengan aksi kejar-kejaran.
Baru saja Minjung melangkah memasuki kelasnya, Eun Mi langsung menyambut kedatangannya.
"Saengil Chukkae Minjung-ah!!"
"Terima kasih Eonni." Minjung terharu karena Eun Mi sahabatnya mengingat hari ulang tahunnya.
Ketika dua gadis itu sedang merayakan hari ulang tahun Minjung,seseorang berjalan menghampiri mereka tanpa memperdulikan keadaan.
"Park Minjung-ssi, ikut aku ke ruangan."
"Aish! Menyebalkan!!" gerutu Minjung.
"Sudahlah. Kau turuti saja Park Seonsaengnim." Eun Mi mencoba bersikap bijak dan menepuk pundak Minjung.
"Baiklah."
Minjung membuka pintu ruangan Chanyeol dengan malas. Ia berjalan masuk begitu saja.
"Ada apa?"
"Apa kau tidak bisa bersikap sopan? Ketuk pintu dan meminta izin masuk pun kau tak bisa?" sindir Chanyeol. Ia heran, kenapa Minjung berubah begitu banyak?
"Apa?! Kenapa kau sekarang sangat menyebalkan?!" gerutu Minjung.
"Kenapa kau sekarang bersikap seperti ini?!" Chanyeol menaikkan nada bicaranya. Minjung sempat takut mendengarnya,ia tidak menyangka Chanyeol akan membentaknya seperti itu.
Chanyeol menghela napas panjang. Menstabilkan emosi yang meluap-luap dalam dirinya.
"Kau harus belajar dengan benar. Jika kau tidak bisa mengikuti kelas dengan baik,datanglah ke ruanganku dan belajarlah disini." ujar Chanyeol sehalus mungkin. Ada sebuah harapan dikalimat yang ia ucapkan.
"Tidak perlu. Terima kasih seonsaengnim." Minjung membungkuk sopan dan melangkah pergi namun Chanyeol menahannya.
"Aku mohon.. Pikirkan lagi." Minjung menepis lengan Chanyeol. Chanyeol hanya bisa menghela napas melihat Minjung menghilang di balik pintu.
~
Kelas telah selesai. Ini saatnya melanjutkan perayaan yang sempat terhenti. Eun Mi menggandeng tangan Minjung, ia berbicara banyak hal. Namun Minjung hanya menatap lurus dengan tatapan kosong.
"Eonni,kita perginya besok saja. Aku harus pergi. Sampai jumpa." Minjung melepas tangan Eun Mi yang menggandenganya dan berlari meninggalkan Eun Mi yang berdecak kesal atas keputusannya.
Minjung sampai di depan pintu ruangan Chanyeol. Ia tampak sedang menimbang-nimbang akan keputusannya. Chanyeol yang hendak membuka pintu mengurungkan niatnya ketika melihat seseorang yang ia kenal sedang berdiri di balik pintu. Chanyeol bergegas duduk dan mulai berakting. Ia tampak sedang sibuk dengan beberapa dokumen. Seulas senyuman terukir disudut bibirnya.
Tok tok tok~
"Masuk."
Setelah diberi izin, Minjung pun melangkah masuk.
"Anyeonghaseyo,seonsaengnim."
"Ada apa?" ujar Chanyeol tanpa mengalihkan pandangannya.
"Apa kau sedang sibuk?" Minjung melihat beberapa dokumen diatas meja Chanyeol.
Mendengar itu, Chanyeol langsung menutup dan membereskan dokumen yang sengaja ia buat berantakan.
"Tidak." Chanyeol menatap Minjung datar.
"Ada apa?"
"Begini.. Aku..aku kesini untuk..untuk.."
"Untuk apa?"
"Untuk belajar. Bisakah?"
"Aku rasa.. Bisa." Mereka tersenyum.
Satu jam berlalu. Semakin lama,Minjung merasa bosan. Karena terus saja mendengar penjelasan Chanyeol yang tak ada habisnya. Setidaknya ada kemauan. Itu tidak buruk bukan?
Minjung hanya mengotak-atik pena yang ia pegang. Tanpa memperhatikan penjelasan yang Chanyeol katakan. Sementara Chanyeol,ia terus saja berbicara tanpa lelah. Minjung menemukan sebuah pena terdapat sinar laser di ujung pena tersebut di atas meja. Ia mengendap-endap mengambil pena tersebut.
Muncul ide jail di otak kecilnya. Ditekannya tombol itu untuk menyalakan sinar lasernya. Minjung tersenyum. Ia mengarahkan sinar laser itu ke wajah Chanyeol. Ia tertawa kecil. Chanyeol yang menyadarinya lantas menatap Minjung tajam. Minjung langsung menyembunyikan pena itu,takut jika Chanyeol akan mengambilnya. Ia menunduk sebagai tanda menyesal.
Chanyeol kembali menjelaskan materi pokok tentang musik. Bukannya takut dan merasa menyesal, Minjung justru mengulangi perbuatannya. Sinar laser itu berputar di wajah Chanyeol. Chanyeol berusaha sabar,tetapi Minjung tak kunjung berhenti dan justru tertawa.
Chanyeol meletakkan buku yang sedang ia pegang dengan sedikit membantingnya ke atas meja. Minjung langsung menutup mulut untuk berhenti tertawa. Ia menunduk dan menyembunyika pena itu. Minjung merasa sedikit takut.
"Berikan pena itu padaku." Chanyeol mengulurkan tangannya. Minjung melirik tangan Chanyeol sekilas. Dengan mengerucutkan bibirnya, Minjung memberikan pena itu kepada Chanyeol.
"Maaf.."lirih Minjung masih menunduk.
Chanyeol tersenyum tanpa sepengetahuan Minjung.
"Kau perhatikan saja aku." Minjung terkejut dengan penuturan Chanyeol barusan. Ia mendongakkan kepalanya dan menatap Chanyeol.
"Maksudku.. Perhatikan penjelasanku." seperkian detik Chanyeol meralat ucapannya.
"Aku bosan. Sampai kapan kau akan berbicara? Aku lapar!!" lirih Minjung yang berubah menjadi sebuah protes.
"Baiklah. Kau ingin makan apa?"
"Jjajangmyun!!"
Mereka tengah duduk di sebuah kedai mie. Dua mangkuk jjajangmyun dan dua gelas bubble tea berada tepat disamping Chanyeol. Minjung yang merasa sangat lapar mencoba untuk mengambilnya,namun Chanyeol menahannya.
"Aku sudah lapar." Minjung meraba perut datarnya yang kelaparan.
"Kau harus belajar dengan benar. Dengan bersungguh-sungguh. Janji?" Chanyeol mengulurkan jari kelingkingnya kearah Minjung. Minjung tersenyum dan langsung melingkarkan jari telunjuknya.
"Aku janji. Berikan itu padaku."
Chanyeol memberikan semangkuk jjajangmyun kepada Minjung seraya tersenyum. Minjung menerima itu dengan senang hati. Minjung dengan semangat memisahkan sumpit yang saling menepel. Namun naas, karena begitu tergesa-gesa, alhasil sumpit itu tidak terpisah dengan sempurna. Minjung berdecak kesal karena sumpitnya tidak bisa terpakai. Lalu bagaimana ia bisa memakan jjajangmyun itu?
"Kenapa?"
"Sumpitku.."
"Kau ini!! Tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar."
Minjung menatap jjajangmyun itu.
"Ini. Pakailah." Chanyeol memberikan satu bagian sumpitnya pada Minjung.
"Satu sumpit lebih baik. Daripada hanya menatapnya saja."
"Kau benar." Minjung meraih sumpit itu dan melahap jjajangmyun yang ia rindukan.
Mereka saling menoleh dan tersenyum.
Bintang bertaburan di langit malam. Angin berhembus menerpa kedua wajah yang sedang berbaring di tengah-tengah rumput hijau yang sangat luas. Chanyeol dan Minjung menatap bintang yang bersinar, mereka hanya terdiam mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu indah.
Seperti keajaiban, sebuah bintang jatuh tepat ketika Minjung mengangkat tangannya seakan-akan meraih bintang itu. Minjung langsung terkesiap dan mengucapkan permohonannya. Ia menggenggam tangannya dan menutup matanya, berharap permohonannya dapat terkabul melalui bintang jatuh itu.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kau tidak lihat? Baru saja sebuah bintang jatuh. Buatlah permohonan. Cepat!!" Minjung memaksa Chanyeol untuk membuat permohonan, karena sebuah bintang jatuh adalah keajaiban. Minjung percaya, permohonannya juga akan terkabul seperti sebuah keajaiban.
"Apa permohonanmu?"
"Rahasia." Minjung tersenyum.
"Lalu, apa permohonanmu?" Tanya Minjung balik. Sepertinya ia juga penasaran apa yang menjadi harapan Chanyeol. Chanyeol menoleh.
"Rahasia." ujarnya cuek. Ia kembali menatap bintang di langit. Terukir sebuah senyum di sudut bibirnya.
"Ck! Kau bahkan menyalin ucapanku." sindir Minjung sambil menyenggol lengan Chanyeol pelan.
Diam. Cukup lama mereka terdiam. Duduk berdampingan dan menatap bintang tanpa memperdulikan lehernya yang mulai terasa pegal.
"Kau ingin mendengar permohonanku?" ujar Chanyeol memecahkan keheningan yang tercipta. Minjung menoleh dan mengerutkan kening.
"Tadi kau mengatakan itu sebuah rahasia."
"Aku hanya ingin kau mendengarnya. Aku tidak berharap kau mengetahuinya."
Minjung semakin bingung. Ia tidak mengerti apa yang baru saja Chanyeol katakan. Ia berusaha mencerna setiap katanya, namun tetap saja tidak bisa dimengerti olehnya. Chanyeol menoleh. Mereka saling menatap.
"Aku berharap kau menyukaiku."
Deg!!
Minjung membulatkan matanya. Ia sangat terkejut atas pengakuan Chanyeol barusan. Bahkan ia lupa untuk bernapas. Minjung hanya diam tak bergeming. Chanyeol beranjak berdiri.
"Ayo kita pulang! Ini sudah terlaru larut."
Chanyeol melangkah pergi, sementara Minjung masih setia dalam posisinya. Minjung berusaha mengerjap-ngerjapkan matanya untuk kembali tersadar.
"Kau tidak ingin pulang?"
Minjung berlari menghampiri Chanyeol. Ia ingin bertanya apa maksud penuturan Chanyeol barusan, tetapi bagaimana caranya ia bertanya? Sementara ia saja tidak tahu apa yang harus ia katakan. Minjung hanya menunduk dan berjalan mengekori Chanyeol.
"Hey! Cepatlah. Kenapa kau lamban sekali?"
Mereka berjalan berdampingan sampai tepat di depan apartemen Minjung.
"Terima kasih. Sampai jumpa." Minjung membungkuk dan melangkah pergi. Namun, Chanyeol menahannya. Minjung menoleh.
"Ada apa?"
"Saengil Chukkae. Ini untukmu."
Mereka saling melempar senyum kikuk.
Minjung tengah berbaring di kasur empuknya sambil memegang sebuah kotak kecil yang masih terbungkus rapi. Ia terus menatap kotak itu sambil membolak-baliknya. Minjung beranjak dan mengubah posisinya menjadi duduk dengan kaki menyilang. Ia memutuskan untuk membuka kotak kecil itu.
"Dia masih mengingat ulang tahunku?"
Setelah kertas yang membungkus kotak kecil itu berhasil dilepas,tampak sebuah kotak perhiasan. Minjung mengernyitkan keningnya. Dengan rasa penasaran yang begitu tinggi,ia membuka kotak kecil itu. Minjung tertegun melihat sebuah gelang dengan bandul kecil berbentuk doraemon. Begitu sederhana bentuknya, tetapi sangat cantik.
"Gelang? Untukku?" Minjung meraih gelang tersebut. Ia tersenyum.
"Terima kasih.. Park seonsaengnim."
Setelah dirasa cukup untuk penjelasan hari ini, Chanyeol dan Minjung memutuskan untuk mengisi perut mereka di kantin. Dengan sedikit perbincangan,mereka tertawa bersama yang membuat perut mereka terasa sakit dan mengabaikan rasa lapar.
Menyenangkan. Begitulah yang sedang Minjung rasakan saat ini. Ia sangat bersemangat untuk belajar terutama untuk mendengarkan penjelasan Park Seonsaengnim. Mereka terus berjalan beriringan sambil melempar senyum satu sama lain.
"Hyung!!" teriak seseorang menghentikan langkah mereka. Mereka lantas menoleh kearah sumber suara.
"Jinseo?" ujar Chanyeol.
"Yoonjin?" ujar Minjung.
Terlihat Jinseo sedang berlari menghampiri mereka. Minjung tersenyum melihat Jinseo,tapi tidak demikian dengan Chanyeol. Entah kenapa,Chanyeol tidak menginginkan kehadiran Jinseo saat ini.
"Anyeong hyung! Park Minjung-ssi?"
"Anyeong Yoonjin." Minjung mengangkat tangan kanannya.
"Kalian akan pergi? Kalian sedang sibuk?"
"Ya! Tidak!" Chanyeol dan Minjung menjawab berbeda. Minjung menatap bingung kearah Chanyeol.
"Kami akan pergi ke kantin. Tetapi kami tidak sibuk." jelas Minjung.
"Kebetulan. Ayo kita ke kantin!"
"Tidak. Kalian pergi berdua saja. Aku harus mencari Eun Mi." Minjung merasa canggung jika harus pergi bersama mereka. Baginya,tidak nyaman.
"Baiklah. Kajja,hyung!!
Chanyeol lebih memilih duduk dan membiarkan Jinseo yang memesan. Chanyeol melihat Eun Mi yang juga sedang memesan tepat disamping Jinseo. Ia menghampiri Eun Mi.
"Eun Mi?"
"Anyeonghaseyo,seonsaengnim." sapa Eun Mi.
"Eun Mi-ssi, Minjung sedang mencarimu. Tadi ia berada di koridor dekat kelas tari."
"Ya. Terima kasih." Eun Mi membungkuk dan melangkah pergi.
Minjung menuju kelas musik,sesekali ia menoleh mencari sosok Eun Mi.
Brug!!
Punggung Minjung membentur tembok dengan cukup keras. Minjung merintih kesakitan. Ia menoleh dan melihat segerombolan gadis dan sosok Yena dihadapannya sedang menatapnya sinis. Matanya menatap tajam penuh kebencian.
"Apa yang sedang kau lakukan?" bukannya menjawab, Yena justru mendorong Minjung dan menekan pundak kanannya.
"Kau!! Gadis si*lan!! Mantan artis tidak tahu diri. Dan sekarang kau mencoba menggoda Park seonsaengnim? Dasar gadis jal*ng!!"
Setelah perkataan kasar Yena terlontar, orang-orang yang merupakan sekutu Yena melempari Minjung dengan telur. Tidak hanya telur,tetapi juga tepung dan susu kotak,mereka lemparkan begitu saja. Tanpa rasa kasihan mereka menertawakan Minjung dan terus melemparinya. Rambut dan seluruh badan Minjung sangat kotor. Minjung hanya bisa terisak dan terus mencoba menghindari yang mereka lemparkan.
Ingin rasanya ia memberontak,tetapi melihat begitu banyak orang yang melemparinya, ia tidak bisa berbuat banyak. Ini semua tidak adil baginya. Semakin Minjung terisak mereka semakin menertawakan Minjung.
"Kudengar belum lama ini kau berulang tahun? Saengil chukkae, Minjung-ah.." Yena tersenyum sinis. Minjung tersenyum. Sungguh, Minjung terlihat seperti gadis bodoh. Eun Mi menghentikan langkahnya ketika melihat Minjung diperlakukan seperti itu.
"Satu lagi kejutan untukmu." Yena mengangkat seember air yang telah ia siapkan. Semua orang yang melihat kejadian itu hanya diam, seolah buta dan tuli. Mereka semua tidak bisa menghentikan Yena karena ia adalah anak pemilik gedung Universitas itu.
Byarrrr!!
Dalam sekejap, Yena tumpahkan air di dalam ember itu pada Minjung. Semua menatap kearah Minjung. Minjung yang terkejut membelalakkan matanya sampai bola matanya hampir keluar. Yena menjatuhkan ember yang sedang ia pegang.
Air tersebut tidak membasahi Minjung melainkan Chanyeol. Chanyeol yang melihat Minjung sedang dibully langsung berlari dan memeluknya. Alhasil, Chanyeol lah yang basah kuyup di guyur air seember oleh Yena. Eun Mi tersenyum melihatnya.
"Seonsaengnim?" lirih Yena. Semua sekutu Yena satu persatu pergi meninggalkan Yena sendirian. Jinseo melihat Minjung dari jauh. Ia terlambat.
Chanyeol melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Minjung. Minjung bergetar ketakutan sambil terisak.
"Kau baik-baik saja?" Minjung semakin terisak. Chanyeol kembali memeluk Minjung dan menepuk-nepuk punggungnya, mencoba untuk menenangkannya. Minjung menangis di pelukan Chanyeol.
Yena yang melihat itu merasa sakit. Ia berlari dan tidak sengaja berpapasan dengan Jinseo. Yena tersenyum sinis.
"Ternyata bukan aku saja yang berjalan di jalan ini. Cukup menyakitkan bukan?" ujarnya pada Jinseo.
"Tidak apa-apa. Tenanglah."
"Aku akan menjagamu. Aku tidak ingin kau terluka.. Minjung-ah." Minjung menjauhkan diri mendengar penuturan Chanyeol. Chanyeol melangkah mendekati Minjung.
"Jangan dekati aku!! Semua ini karenamu!!"
"Karenaku?" Chanyeol bingung.
"Ya! Yena menyukaimu. Karena itu.. Ia berbuat ini padaku. Dia membenciku karenamu!! Dan kau bilang kau akan menjagaku? Jika benar begitu, maka menjauhlah dariku!!" Minjung terus melangkah mundur ketika Chanyeol menghampirinya. Ia menangis.
"Tapi aku tidak menyukainya."
"Dan kau membiarkan Yena terus membenciku dan memperlakukanku seperti ini lagi?!"
"Aku tidak akan membiarkannya melakukan hal ini lagi padamu. Aku janji."
"Baiklah. Kau harus menyukainya mulai sekarang. Bisakah kau berjanji padaku?"
"Aku tidak bisa."
"Sudahlah. Kau hanya harus menjauh dariku." Minjung melangkah pergi.
"Aku menyukaimu." Minjung menghentikan langkahnya. Minjung terdiam dan berusaha untuk mencerna perkataan Chanyeol. Mungkin saja telinganya kemasukan tepung sehingga tidak bisa menangkap suara dengan baik.
"K-kau bercanda 'kan?" Minjung tertawa kikuk sambil memukul pelan lengan Chanyeol.
"Minjung-ah, kau baik-baik saja?" Eun Mi berlari dan memeriksa sekujur tubuh Minjung dengan panik.
Chanyeol melangkah pergi meninggalkan Minjung yang terpaku setengah sadar karena perkataannya. Jinseo terus melihat mereka dari jauh. Ia juga melihat Chanyeol yang tersenyum simpul tanpa sepengetahuan Minjung.
"Bagaimana ini? Eoh!! Kenapa dengan jantungku? Yak!! Berhenti berdetak secepat ini dan kembali normal!! Kau bisa membunuhku! Eonni, bagaimana ini?"
"Kau kenapa,eoh? Apa sangat sakit? Mana yang sakit?"
"Jantungku berdebar."
"Aish!! Kau ini!!" Eun Mi membawa Minjung pulang karena penampilannya sudah sangat kacau.
~White Rose~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar