Title: Because of you.. 'White Rose'
By : IpoNovi23
PG-15 | Sad & Romance | Chapter | Park Chanyeol & Park Minjung (OC)
#Chapter 5
Selamat membaca^^
Chanyeol terlihat sedang berolahraga pagi bersama seseorang. Setelah cukup lama berlari, mereka duduk disebuah bangku dan meneguk sebotol air mineral.
"Hyung, aku rasa.. Aku sedang menyukai seseorang. Tetapi, sepertinya aku ditolak olenya."
"Kau sudah menyatakannya? Siapa gadis itu?" Chanyeol menoleh ke arah Yoon JinSeo. Ya, JinSeo lah yang sedang bersama dengan Chanyeol. Mereka terlihat sangat akrab seperti kakak beradik. JinSeo seumuran dengan Chanyeol, namun JinSeo menganggap bahwa dirinya terlihat lebih muda dan imut dibanding Chanyeol yang dingin dan sangat tinggi seperti pohon. Jadi, ia memanggil Chanyeol dengan sebutan 'Hyung'
"Belum. Gadis yang sangat cantik."
Pletak!!!
Chanyeol memukul kepala JinSeo. Ia kesal dengan sikap temannya itu. JinSeo yang sedang menghayal, tiba-tiba saja hayalannya buyar. Ia mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit.
"Yak!! Hyung, apa yang kau lakukan?"
"Menyatakannya saja belum, sudah bilang ditolak. Dasar bodoh!! Jika kau pesimis, jangan menyukainya." Chanyeol mencibir temannya itu.
"Hyung, bagaimana denganmu?"
"Denganku? Tidak ada." Chanyeol kembali berlari meninggalkan JinSeo.
"Hyung!!! Katakan saja padaku!! Hyung!!!" JinSeo berlari mengejar Chanyeol.
MinJung sedang berada di sebuah cafe yang menyediakan berbagai macam kopi. Ia hanya duduk dan melihat jalanan tanpa memesan.
JiSeo yang tak sengaja lewat, memutuskan untuk mampir dan memesan sebuah kopi panas karena cuaca lumayan dingin. Ia menunggu kopi pesanannya. Tak sengaja, ia melihat MinJung sedang duduk termenung di sana.
Seorang pelayan menghampiri MinJung dengan membawa segelas cokelat panas. MinJung bingung.
"Maaf, aku tidak memesan." MinJung menolak cokelat panas tersebut.
"Ini dari temanmu. Ia baru saja pergi." pelayan tersebut menaruh cokelat panas tersebut di meja.
MinJung berlari keluar dan mencari orang itu. Namun ia tidak menemukannya.
Digelas tersebut terdapat kertas kecil. MinJung membacanya.
_ Seharusnya kau memesan, jangan hanya duduk!! Cokelat panas untukmu, cuaca masih terasa dingin. Semoga kita bisa bertemu lagi. Yoon JinSeo. _
MinJung tersenyum dan meminum cokelat panas itu.
~
"Chanyeol-ssi!! Park Chanyeol!!" MinJung mencari Chanyeol disetiap sudut ruangan apartemennya. Namun nihil, Chanyeol tidak ada disana.
MinJung berusaha menghubunginya. Tersambung namun tidak ada jawaban. MinJung mengirim sebuah pesan, untuk mengetahui keberadaannya.
"Dimana dia?" gumam MinJung.
Drrtt..drtt.. Sebuah panggilan masuk.
"Kau dimana?" tanya Minjung langsung pada inti.
"Di rumah. Kenapa?"
"Bisakah kau menemaniku hari ini? Aku ada pemotretan tanpa member lain."
"Baiklah. Kau dimana?"
"Apartemen."
~
"Apa dia memiliki banyak kepribadian? Ck! Pantas saja jika ia menjadi seorang aktris yang pandai berakting." Chanyeol terus saja mengoceh tanpa alasan yang jelas. Ia terlihat kesal pada MinJung.
MinJung sedang melakukan pemotretan untuk sebuah majalah fashion. Temanya adalah bad girl. MinJung terlihat berbeda dan lebih dewasa. Ia terus berpose dengan berbagai gaya untuk mempromosikan jam tangan yang ia sponsori.
"Terima kasih. Terima kasih.." MinJung membungkuk sopan kepada semua kru yang telah bekerja sama dengannya.
"Kau bekerja dengan baik, Park MinJung-ssi."
"Ya. Terima kasih." MinJung tersenyum. Ia menghampiri Chanyeol yang sedang asik dengan ponselnya.
"Terlalu lama? Maaf.." MinJung duduk disamping Chanyeol.
"Kau punya berapa kepribadian? Sesungguhnya kau ini orang yang seperti apa?" Chanyeol bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Maksudmu?" MinJung tampak kebingungan.
Chanyeol menoleh kearah MinJung dan menatapnya.
"Tidak. Cepat ganti pakaian dan pergi dari sini." Chanyeol kembali memainkan ponselnya dan mengabaikan MinJung. MinJung menatapnya tidak suka. Ia pun akhirnya menuruti apa yang Chanyeol katakan.
Chanyeol mengacak rambutnya, frustasi. Sebenarnya banyak yang ingin Chanyeol tanyakan pada MinJung. Namun, ia tidak pandai berkata-kata.
"Kau membuatku bingung, Lee HaNa."
"Kemana MinJung? Kita harus latihan vokal 10 menit lagi. Kemana dia pergi." HyunHee terlihat gelisah karena MinJung tak kunjung datang dan tidak bisa dihubungi.
"Biarkan saja MinJung eonni. Akhir-akhir ini ia terlihat kurang sehat dan sering merenung."
"Tapi kenapa setiap latihan vokal ia tidak pernah datang?"
"Apa pita suaranya bermasalah? Bukankah pita suara hasil operasi rentan sekali rusak?" RaeJin terlihat khawatir.
"Tidak. Mungkin saja MinJung eonni hanya kelelahan dan ingin beristirahat. Jadwalnya kan sangat padat." YongIn berusaha membuat situasi lebih tenang. Kadang-kadang YongIn adalah yang paling tenang diantara mereka.
Tanpa mereka sadari, seorang reporter telah menguntit mereka. Reporter itu merekam semua percakapan mereka barusan.
MinJung membenarkan posisi kaca mata hitam yang ia kenakan.
"Kenapa kita kesini?" Chanyeol berusaha melepaskan genggaman MinJung di tangannya. Bukannya lepas, MinJung justru lebih kuat menggenggam tangan Chanyeol.
"Ayolah! Aku ingin bermain. Aku ingin menaiki wahana itu. Eoh?" MinJung memelas sambil mengayun-ayunkan tangan mereka yang saling menggenggam. Sesekali MinJung mengedip-ngedipkan mata seperti anak kecil.
"Ck!" Chanyeol berdecak. MinJung tersenyum dan melangkah memasuki taman bermain tersebut dengan riang gembira sambil terus menggenggam tangan Chanyeol.
"Chanyeol-ssi.. Belikan aku itu!! Aku ingin itu!!" MinJung menarik-narik baju lengan Chanyeol.
"Permen kapas?"
MinJung mangangguk beberapa kali. Ia menarik Chanyeol untuk menghampiri pedagang permen kapas tersebut.
"Ini, makanlah." MinJung menyodorkan secuil permen kapas tersebut, supaya Chanyeol memakannya.
"Tidak." Chanyeol menepis tangan MinJung.
"Ayolah!! Makan permen kapas ini bersamaku." tawar MinJung lagi.
"Tidak mau."
"Kalau kau tidak mau, aku akan memecatmu."
Chanyeol tetap diam dan mengabaikan MinJung. Ia terus melangkah sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku jaketnya.
MinJung mengerucutkan bibirnya. Ia melepaskan kaca mata hitam yang ia kenakan dan terlihat kesal, sampai-sampai ia melahap permen kapas itu langsung, tanpa mengambilnya sedikit terlebih dahulu menggunakan tangannya. Tiba-tiba saja Chanyeol menoleh kearah MinJung dan mendekatkan wajahnya. Ia memakan permen kapas itu bersama MinJung. Mata MinJung membulat sempurna, ia terkejut. Wajahnya dan wajah Chanyeol sangat dekat, hanya permen kapas itu penghalang mereka. Mereka saling menatap.
Chanyeol dan MinJung tersadar dan langsung menjauhkan wajah mereka dari permen kapas itu. MinJung yang masih terkejut tanpa sadar menjatuhkan permen kapasnya.
"Aku sudah memakannya. Kau..kau tidak berhak memecatku."
"Eoh??" MinJung mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Kau membuangnya?"
"Tidak. Itu terjatuh. Sungguh."
"Kau ingin membelinya lagi?"
"Lagi? Tidak. Tidak usah." MinJung menggeleng dan tersenyum kikuk.
~
Debaran hati seseorang bukan disebabkan karena ia sedang jatuh cinta, melaikan ia hanya merasa gugup. Detak jantung yang cepat sering diartikan perasaan cinta. Padahal itu sama sekali tidak masuk akal.
Jadi, apakah semua itu dapat diartikan sebagai perasaan cinta?
~
"Kau jangan takut. Wahana ini belum seberapa. Mengerti?!" MinJung menepuk-nepuk pundak Chanyeol. Chanyeol hanya berdecak kesal. Ia bukan anak kecil lagi, melainkan seorang laki-laki dewasa berumur 20 tahun. MinJung tidak pantas memperlakukannya seperti itu.
MinJung mulai khawatir ketika wahana tersebut bersiap untuk mengombang-ambing tubuhnya. Kaki MinJung bergetar, ia terlihat pucat dan berkeringat. Alat pengaman sudah terpasang dengan sempurna.
"Kau takut?"
"Tentu saja tidak."
"Kau terlihat pucat."
"Aku hanya merasa lapar." MinJung terus membuat alasan. Ia tidak ingin terlihat payah didepan Chanyeol. Ia tersenyum.
"Benar tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa."
~
"Kau baik-baik saja?"
MinJung terus saja muntah dan merasa mual. Kepalanya juga terasa pusing. Chanyeol yang melihat itu merasa khawatir dan mencoba untuk membuat keadaan MinJung membaik dengan mengusap-usap dan menepuk pelan punggung MinJung.
"Sudah lebih baik?" Mereka duduk di salah satu bangku taman.
"Ya. Terima kasih."
Chanyeol malah melangkah pergi meninggalkan MinJung.
"Dia mau kemana? Kenapa pergi begitu saja?" gumam MinJung melihat Chanyeol yang semakin menjauh.
MinJung menunggu kedatangan Chanyeol dan sesekali memeriksa ponselnya. Ia tersenyum begitu melihat sosok Chanyeol dari kejauhan berlari menuju kearahnya.
"Minumlah." Chanyeol memberi MinJung sebuah air mineral. MinJung pun meminumnya.
Chanyeol berjongkok dihadapan MinJung. Ia melepaskan sepatu high heels yang MiJung kenakan. MinJung sontak terkejut dan berhenti minum. Ia meraih tangan Chanyeol agar tak menyentuh kakinya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Diamlah. Kakimu cedera."
MinJung melihat kakinya. Kakinya terlihat sangat memerah, sepertinya memang cedera. Tetapi MinJung tidak merasakan sakit sedikitpun. Bahkan, ia tak menyadarinya.
"Tidak apa-apa. Ini tidak sakit."
"Tapi akan semakin parah jika dibiarkan. Diamlah."
Chanyeol mengoleskan sebuah salep dikaki MinJung. Tanpa rasa ragu ia melakukanya dan mengabaikan tatapan orang lain yang sedang melihat mereka. Chanyeol pun membeli sepasang sepatu berwarna putih dan biru untuk MinJung. Ia tahu jika MinJung menyukai kedua warna tersebut. Ia juga memakaikannya dikaki MinJung.
"Pas." ujar Chanyeol. Ukuran sepatu yang ia beli ternyata pas dikaki MinJung. Chanyeol tersenyum.
MinJung tertegun dengan apa yang baru saja Chanyeol lakukan padanya saat ini. Ia senang sekaligus malu. Hatinya saat ini sedang berdebar. MinJung tersenyum.
MinJung melihat Chanyeol yang sedang mengikat tali sepatunya. Ia teringat sesuatu.
"Kau?"
Chanyeol menoleh. Ia kembali duduk disamping MinJung.
"Kenapa?"
"Kau..apa kau Chanyeol berkaca mata bundar itu?"
MinJung teringat teman masa lalunya yang bernama Chanyeol. Ia adalah kakak kelas MinJung sewaktu di SMP. Chanyeol teman masa lalunya selalu memakai kaca mata bundar dan terlihat sangat culun. Namun, ia adalah ketua osis sekaligus ketua tim basket di sekolahnya. Ia juga terkenal karena kepintarannya dan dijuluki sebagai murid teladan.
Chanyeol terlihat bingung.
"Caramu mengikat tali sepatu, sama persis dengannya. Kebetulan, namamu juga sama dengannya. Chanyeol." tutur MinJung. Ia terus mengingat masa lalu itu. Pasti menyenangkan bisa bertemu dengan kawan lama bukan?
Chanyeol tidak menjawab. Ia hanya terdiam dengan tatapan kosong lurus kedepan.
"Apa benar kau Chanyeol yang dulu ku kenal?"
"Park MinJung-ssi?? Kau, Park MinJung-ssi??" seseorang meneriaki namanya.
Sepertinya penggemar MinJung mulai menyadari kehadiran dirinya.
"Kau dan dia orang yang sama bukan?"
Chanyeol meraih tangan MinJung dan menariknya untuk keluar dari taman hiburan itu karena orang-orang mulai memperhatikan mereka.
MinJung dan Chanyeol berjalan beriringan, namun mereka hanya diam. Tiba-tiba saja terdengar suara perut yang kelaparan. Mereka saling menoleh dan menatap satu sama lain. Dalam sekejap, mereka tertawa bersama. Menertawai kekonyolan yang mereka lakukan sampai mengabaikan perut mereka yang kelaparan.
Mereka memutuskan untuk memakan mie udon yang letak kedainya tak jauh dari keberadaan mereka. Mereka menyantap mie udon mereka masing-masing tanpa ada sebuah percakapan. Mereka mengutamakan rasa lapar terlebih dahulu. Sesekali mereka saling melirik, namun berakhir dengan mengabaikan satu sama lain tanpa ada pertanyaan yang berhasil mereka lontarkan. Mereka lebih terkesan menyimpulkan sendiri jawaban yang belum tentu benar, daripada harus bertanya dan mendengar jawabannya sendiri. Mereka enggan untuk itu.
"Kau ingin sesuatu yang lain?"
"Tidak. Aku hanya ingin pulang. Aku sedikit lelah." MinJung mendekap tubuhnya sendiri. Cuaca terasa semakin dingin.
"Kau kedinginan?"
"Sedikit."
Chanyeol menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya sampai terasa sedikit panas. Tiba-tiba saja Chanyeol menempelkan telapak tangannya ke telinga MinJung. MinJung terkejut.
"Apa yang kau lakukan?"
"Ibuku selalu melakukan hal seperti ini jika aku sedang kedinginan." Chanyeol kembali menggosok telapak tangannya dan menempelkannya di pipi MinJung. Ia menangkup pipi MinJung. Chanyeol kembali menggosok telapak tangannya dan menggenggam tangan MinJung. Ia menyalurkan rasa hangat di telapak tangannya kepada MinJung. MinJung tersenyum.
"Lagi-lagi kau mengingatkanku akan dirinya. Kau melakukannya sama persis dengan yang ia pernah lakukan padaku. Mungkin benar, aku sudah gila." gumam MinJung.
"Kau kenapa?"
"Tidak apa-apa. Terima kasih. Aku merasa lebih hangat karenamu." MinJung tersenyum. Namun, ada banyak hal yang ia ingin tanyakan. Tetapi semua itu tidak mungkin dan sedikit tidak sopan. MinJung juga tidak ingin membuat Chanyeol merasa canggung akibat pertanyaan yang ingin ia tanyakan. Chanyeol ikut tersenyum. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan. Cuaca dingin memang sangat membantu.
~
MinJung melangkah keluar dari kamarnya mengenakan baju tidur yang kebesaran bergambar doraemon. Sandal yang ia kenakan pun bergambar doraemon.
"Chanyeol-ssi, cuaca semakin dingin. Ini selimut untukmu." MinJung melemparkan selimut itu tepat di wajah Chanyeol. Chanyeol yang kesal hanya bisa bersabar. Ia mengambil selimut yang tergeletak di lantai karena ia tidak sempat untuk menangkapnya.
"Tunggu. Apa kau yang menyelimuti tubuhku dengan selimut yang sama seperti ini kemarin? Woahh!! Diam-diam kau memperhatikanku disaat tidur, eoh?" tuduh Chanyeol. Ia mencoba untuk menggoda MinJung.
"Apa?! Ti-tidak. Aku kemarin tidur di dorm." ujar MinJung beralasan.
"Maksudku, kemarinnya lagi. Pertama kali aku tidur disini. Begitu aku terbangun__"
"Sudahlah. Aku tidak ingat. Ingatanku lemah. Sudah malam, tidur sana!!" sergah MinJung. Ia tidak ingin mendengar lebih lama ocehan Chanyeol yang membuatnya kesal dan terpojok. Ia pun melangkah pergi menuju kamarnya.
"Ingatanya lemah? Lalu, kenapa ia bisa mengingatku. Bahkan, ikatan tali sepatu pun ia ingat." guman Chanyeol melihat punggung MinJung yang menjauh.
~
Minjung terus berlatih dance bersama member lainnya, sementara Chanyeol yang sedang menunggu terlihat bosan. Ia memilih memutar musik melalui earphonenya untuk meminimalisir rasa bosan tersebut. Namun, cara tersebut tidak berhasil lagi seperti sebelumnya. Chanyeol melangkah pergi.
Minjung selalu keluar paling terakhir dari member lainnya, karena ia harus sesegera mungkin membuat lagu baru untuk comeback. Seperti biasa, Minjung duduk sendiri di dalam ruang latihan tersebut dan mulai menulis lirik lagu.
Minjung terus mencoret lirik lagu yang baru saja ia tulis. Bukannya menulis lirik lagu, justru ia mencorat-coret penuh halaman tersebut karena kesal tak kunjung mendapat inspirasi. Minjung berdecak dan melangkah pergi.
"Chanyeol-ssi.."
"Tak ada. Pergi kemana dia?" gumam Minjung sambil melangkah mencari sosok Chanyeol.
Minjung menghentikan langkahnya. Terdengar suara petikan senar gitar. Ia melangkah mundur. Tepat di depan ruang musik ia berhenti dan menoleh. Dilihatnya Chanyeol sedang bermain gitar sambil bersenandung kecil. Keren. Satu kata itu cocok bagi Chanyeol saat ini. Minjung takjub akan permainan gitar Chanyeol. Namun, saat ia mendengar Chanyeol ketika bernyanyi, seakan ada yang menggelitikinya. Terasa sangat geli dan ingin rasanya ia tertawa sekeras mungkin.
"Ia tidak baik dalam bernyanyi." gumam Minjung sambil terkekeh dan memegangi perutnya yang terasa geli. Minjung terus berdiri di luar dan memperhatikan Chanyeol melalui kaca jendela.
Minjung langsung menunduk karena dengan tiba-tiba Chanyeol menoleh kearahnya. Ia menutup mulutnya agar tidak menimbulkan suara. Pintu tak kunjung terbuka, itu berarti Chanyeol tidak melihatnya tadi, ia hanya menoleh sekilas. Minjung menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia merasa lega sekarang. Harga dirinya masih terselamatkan. Minjung tersenyum dan beranjak berdiri. Tanpa ia ketahui, Chanyeol tengah berdiri di belakangnya. Tepat di kaca jendela tersebut.
Minjung memegangi dadanya yang sekarang bisa bernapas kembali dengan tenang. Ia mengatur napasnya dan tersenyum. Minjung kembali berbalik untuk melihat Chanyeol.
"Astaga!!" Minjung terkesiap begitu melihat Chanyeol di balik kaca tersebut sedang menatapnya datar. Ia menelan salivanya dengan susah payah. Matanya mengerjap-ngerjap dan mundur beberapa langkah.
"Bagaimana ini? Harga diriku menurun drastis di hadapannya saat ini." pikir Minjung.
Chanyeol membuka pintu dan menatap Minjung yang baru saja ketahuan sedang menguntitnya.
"Sedang apa kau disana?"
Minjung hanya diam tak menjawab pertanyaannya.
Chanyeol melihat sebuah buku tergeletak di lantai. Ia menghampiri Minjung dan mengambil buku itu.
"Kau sedang membuat lagu?"
"Eoh? Ya.. hanya liriknya saja." Minjung menunduk.
"Lirik lagu? Kau sebut ini lirik lagu? Coretan seperti ini?" Chanyeol membuka halaman buku itu dan memperlihatkannya pada Minjung. Minjung yang kesal, merebut buku itu dari Chanyeol dengan kasar.
"AKU TAHU!! Aku mencoba menulisnya, tetapi hasilnya justru sebuah coretan saja. Inspirasiku buyar!!!! Imajinasiku hilang!!! Itu semua karena suara jelek mu!!" oceh Minjung yang tak masuk akal. Ia terlanjur sangat kesal pada Chanyeol. Toh, harga dirinya sudah turun sejak tadi.
"Apa katamu?"
"Suaramu itu sungguh tidak layak untuk diperdengarkan. Dan karena mendengar suara jelekmu itu aku__"
"Ya, aku tahu itu. Sudah sana pergi!! Sebelum kau mendengar suara jelek ku lagi dan membuat inspirasimu buyar, sebaiknya cepat pergi!!" ucap Chanyeol sinis lalu berbalik.
Minjung meraih lengan Chanyeol dan berdiri di depannya. Chanyeol hanya menatap datar ke arahnya.
"Apa kau marah padaku? Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu." sesal Minjung.
"Aku tahu. Pergi sana!!" Chanyeol menepis tangan Minjung yang menahannya.
"Kau marah padaku 'kan? Aku hanya bercanda. Sebenarnya inspirasiku buyar bukan karenamu atau suaramu. Sungguh."
"Aku tidak marah. Sudahlah. Tak apa." Chanyeol tersenyum dan melangkah masuk ke ruang musik. Minjung tersenyum dan berlari menghampiri Chanyeol.
"Benarkah? Jika benar kau tidak marah padaku, bantu aku membuat lagu. Bagaimana?"
"Aku tidak bisa melakukannya."
"Ayolah. Bantu aku. Walaupun suaramu jelek, setidaknya kau bisa bermain gitar dengan baik."
"Yak!! Kau ini benar-benar!!"
Minjung tertawa melihat Chanyeol yang kesal karena tidak bisa menerima keadaan suaranya yang jelek. Ia senang mengejek Chanyeol seperti itu.
"Aku hanya bercanda, walaupun itu jujur. Kau lebih cocok menjadi seorang rapper dengan suara jelekmu itu. Aku sarankan kau jangan bernyanyi." ledek Minjung dan terus menertawai Chanyeol sampai perutnya terasa sakit.
"Terserah kau saja!!"
.
~White Rose~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar