FANFICTION PARK CHANYEOL: I SAID YOU'RE THE ONE
Title: I said you're the one
Cast: Yoora, Chanyeol, others.
Genre: Family, romance and litle-litle comedy.
Rating: G
#Chapter 2
Warning!!! Typo bertebaran~~
Segenggam keajaiban telah mengubah seluruh bagian dalam hidupku,
'Sungguh, ini sebuah kebahagian yang tak terduga. Akhirnya, sekarang aku mempercayai sebuah keajaiban. Detik ini juga aku nyatakan bahwa keajaiban itu memang ada.' ^ ^
Author POV
Yoora menuruni anak tangga dan menghampiri meja makan dengan handuk yang masih di atas kepala menggulung rambutnya yang baru saja ia cuci. Tepat disaat Yoora menduduki kursi kosong bagiannya, semua anggota keluarga yang lain beranjak pergi. Yoora menatap heran mereka. Namun, sedetik kemudian ia tak menghiraukan mereka dan kembali beralih pada makanan di atas meja untuk mengisi perutnya yang kosong.
"Yak!! Kenapa tidak ada sisa makanan untukku?!"
Yoora menatap nanar piringnya yang kosong dan hanya memegangi sendok dan garpu yang terasa hampa tanpa makanan. Alhasil, ia hanya meneguk segelas air putih untuk menu sarapannya pagi ini.
Yoora menghampiri ayahnya yang sedang duduk santai di taman belakang rumah sambil membaca koran.
"Ayah, berikan aku uang!! Aku ingin membeli album baru idolaku. Hm?" rajuk Yoora dengan menengadahkan kedua tangannya bak seorang pengemis.
"Berapa?"
Ayahnya mencoba untuk merespon tanpa berniat untuk menoleh sekilas pun, ia lebih tertarik membolak-balikan halaman koran ketimbang untuk bercakap-cakap dengan putri semata wayangnya itu.
"100.000 won." ujar Yoora sambil mengangkat jari telunjuknya dengan wajah memelas.
"Kenapa mahal sekali?"
"Tentu saja tidak!! Apa ayah tahu? Idolaku itu sangat terkenal, jadi wajar saja jika harga album barunya mahal."
"Ck! Ayahmu ini lebih terkenal daripada idolamu itu! Kau tahu? Ayah adalah pria idaman setiap wanita."
"Tentu saja. Tetapi itu sudah puluhan tahun yang lalu. Sekarang sudah tahun 2015! Keadaan sudah berbeda bukan? Ayah lupa? Ayah sudah tua sekarang!"
Yoora langsung menutup mulutnya yang kelewat batas itu. Yoora menyesali sebuah kejujuran yang baru saja ia lontarkan begitu saja, ia bisa saja gagal membeli album baru idolanya itu akibat kejujurannya.
"Ck! Ayah tahu itu! Ini, sana belilah album baru idolamu itu! Ayah membenci kejujuranmu hari ini."
Yoora tersenyum dan berjingkrak kegirangan. Ia berhasil mendapatkan uang karena kejujurannya itu. Yoora memeluk ayahnya dan sangat berterima kasih padanya. Berkat ayahnya, ia bisa membeli album baru idolanya itu.
"Memangnya siapa idolamu yang sangat terkenal itu?"
Tak disangka, ternyata ayahnya juga bisa bersikap 'kepo'. Dengan melirik sekilas kearah putrinya, membuktikan bahwa ia benar-benar ingin mengetahui idola putrinya itu yang katanya melebihi kepopulerannya itu.
"EXO dari S.M Entertaiment. Mereka sangat tampan dan berbakat tentunya." ujar Yoora dengan begitu angkuh. Dengan penuh percaya diri, Yoora menyebutkan siapa idolanya itu.
"Ayah tidak tahu mereka. Kau bilang mereka sangat terkenal." cibir ayah Yoora. Perkataannya sungguh menyayat hati, pantas saja kakak semata wayangnya bersikap seperti itu, ternyata memang ada bibit mulanya.
"Ayah saja yang tidak tahu trend masa kini. Ayahkan sudah tua." ejek Yoora.
"Kau ini!! Ayah tak kalah tampan dengan EXO idolamu itu."
"EXO?"
Ny. Kim yang sedang menghampiri mereka tidak sengaja mendengar kata 'EXO'. Yoora dan ayahnya yang sedang tertawa bersama lantas menoleh. Ny. Kim meletakkan cemilan yang ia bawa di atas sebuah meja kecil dan ikut bergabung dengan mereka.
"EXO adalah idolaku. Apa ibu tahu mereka?" tanya Yoora antusias. Matanya berbinar-binar mengetahui se-begitu populernya EXO sampai-sampai ibunya pun mengetahui boyband idolanya itu.
"Chanyeol. Park Chanyeol ikut bergabung bersama mereka bukan?" tanya Ny. Kim penuh antusias pula. Apa beliau juga mengidolakan EXO terutama Chanyeol sebagai salah satu member mereka?
Yoora terkejut. Ia tak menyangka ibunya akan se-update itu. Terlebih lagi ibunya itu bisa mengetahui EXO. Memang tidak ada salahnya, toh EXO memang sangat terkenal bukan?
"Iya, ibu benar. Bagaimana bisa ibu mengetahuinya?"
Yoora tak kalah antusias, ia berharap ibunya adalah EXO-L (sebutan fans exo). Karena dengan begitu, ia bisa merayu ibunya untuk membeli segala pernak-pernik berbau EXO dan tentunya tak mau ketinggalan untuk menonton konser EXO. Pemikiran yang bagus bukan?
"Apa kau mengidolakannya?"
"Tentu. EXO adalah idolaku."
Mendengar jawaban Yoora barusan, Ny. Kim menggeleng dan langsung meralat perkataannya.
"Bukan. Maksud ibu, apa kau mengidolakan Chanyeol?"
"Tidak. Tenang saja bu, aku mengidolakan D.O."
Yoora mengedipkan satu matanya berniat menggoda ibunya. Raut wajah Ny.Kim berubah. Tampaknya beliau tidak senang dengan penuturan Yoora barusan.
"Kenapa kau tidak mengidolakan Chanyeol? Dia paling tampan dan juga tinggi." bujuk Ny. Kim. Tapi justru Yoora geli mendengar perkataan ibunya barusan, itu tidak sesuai dengan usianya sekarang.
"Aku mengidolakan semua member. Semuanya tampak tampan bagiku." ujar Yoora sambil terkekeh menertawakan ibunya yang terlihat sangat antusias.
"Jadi, kau juga menyukai Chanyeol 'kan?"
"Tentu saja."
oOo
Yoora nampak bingung dan terus mengekori ibunya. Mereka berada di salah satu pusat pembelajaan. Ny. Kim tersenyum dan memasuki sebuah butik langgananya. Penjaga toko itu menyapa dengan sangat ramah, begitu pula pemiliknya.
"Siapkan baju untuk anak saya."
Yoora menoleh dan menatap bingung ibunya. Tak biasanya ibunya membelikan sebuah baju untuknya tanpa ia minta. Gadis itu mengernyit bingung.
"Ibu, baju untuk apa?"
"Untuk nanti malam. Akan ada tamu spesial untukmu."
"Tamu spesial? Untukku? Siapa?"
Yoora POV
Aku terus merutuki diriku. High heels yang sedang aku pakai sekarang ini membuatku merasa sangat tidak nyaman, tatanan rambut dan riasan wajah sangat tidak cocok denganku. Dress selutut ini juga menyiksa diriku, aku sungguh ingin berbaring tidur saja dengan piyama doraemonku.
"Ibu, makan malam saja kenapa harus berpenampilan seperti ini? Aku sangat tidak nyaman memakai semua ini. Aku tidak ingin ikut dan lebih memilih tidur saja di rumah."
Aku berusaha merajuk dan berharap belas kasihan ibu. Aku juga memasang wajah memelas pada ayah, berharap beliau membelaku.
"Sejak tadi siang kau terus bertanya dan mengoceh saja. Ibu sudah katakan berulang kali padamu, ini penting dan kau harus ikut."
Ibu tetap memaksa dan menyeretku untuk masuk ke dalam mobil.
"Aww!! Ibu, perutku sakit!! Aku tidak bisa ikut."
Pletak!!
"Berhenti berakting."
"Berhenti memukulku!!"
Aku mendengus kesal pada kakak semata wayang yang selalu memukulku. Aku hentakan kakiku cukup kuat, berharap hak pada sepatu high heels itu patah dan berhenti menyakiti kakiku.
"Bersikaplah layaknya seorang gadis!"
Karena jalanan yang tidak begitu ramai, tidak membutuhkan waktu lama untuk kami sampai di tempat tujuan. Ada apa ini? Apa ada acara keluarga?
Aku menoleh ke sekeliling, sepertinya restoran ini cukup mahal dan berkelas, hanya dilihat dari dekorasinya saja sangat mewah. Aku bukan anak dari orang kaya baru, tetapi keluargaku sudah kaya raya sejak dari dulu. Walaupun begitu, kami enggan untuk membuang-buang uang. Bahkan, bisa dikatakan hidup kami sangat sederhana tidak seperti orang kaya kebanyakan. Hemat pangkal kaya bukan?
"Oppa, untuk apa kita kesini? Sepertinya restoran ini terlalu mewah. Lihat saja lampu itu! Harganya mungkin bisa mencapai jutaan won. Tidak, tidak. Mungkin saja puluhan juta? Atau.. Ratusan?"
"Berhentilah mengoceh yang tidak penting."
Yong Hwa oppa hanya melirikku sekilas dengan tatapan tajamnya. Ada apa dengan mereka? Kenapa dengan sikap mereka?
Mereka terlihat seperti akan menemui bapak presiden saja. Lihat saja penampilan mereka! Sikap mereka juga berubah dan bertingkah seakan-akan berwibawa. Cara berjalan dan ekspresi mereka membuat perutku terasa geli, sungguh berlebihan bukan?
Aku hanya melangkah mengekori mereka. Sesekali aku mencuci mata dengan dekorasi restoran ini yang menurutku sangat mengagumkan, dibuat se-klasik dan se-mewah mungkin. Cukup membuat perhatian pandanganku untuk terus melihat keindahannya.
Aku memicingkan mata ketika melihat seorang pria yang menurutku cukup familiar. Penerangan yang cukup redup dan pengaruh jarak membuat pandanganku sedikit kabur. Pria itu semakin menjauh menuju suatu tempat, sedangkan tanganku diraih oleh ibu untuk segera bergegas karena seseorang telah menunggu kedatangan kami.
"Anyeonghaseyo."
Aku membungkuk hormat pada tiga orang yang sedang duduk sejajar. Aku bingung kenapa kami menghampiri mereka, mungkin saja mereka saudara jauh orang tua ku. Karena baru pertama kalinya aku melihat mereka. Ibuku langsung memeluk wanita itu, begitu pula ayah berjabat tangan dengan pria itu. Mereka terlihat seperti teman lama karena usia mereka juga terlihat tidak berbeda jauh.
Ketika aku sedang mengamati mereka, seorang gadis kecil berumur kurang lebih sepuluh tahun menatapku dengan cukup sinis. Apa ini? Aku memiliki musuh baru rupanya. Apa aku se-begitu buruknya? Aku langsung dibenci oleh gadis kecil itu pada pertemuan pertama kami, sungguh menjengkelkan bukan?
Oh, Tuhan!! Lihat saja tatapan gadis kecil itu!
Sepertinya ia benar-benar membenciku. Ia melipat tangannya seakan-akan menantangku untuk bertarung dengannya. Cih! Yang benar saja!
Aku lebih memilih duduk manis dan menghindari tatapan gadis kecil itu. Sesekali aku meliriknya dari sudut ekor mataku. Aku memutar bola mataku dengan malas. Kapan acara makan malam akan dimulai?
Aku ingin segara makan dan setelah itu pergi dari sini.
"Apa kau Kim Yoora?"
Merasa ditanya, aku pun menoleh dan mengangguk membenarkan. Senyuman palsu berhasil aku ukir dengan menarik sudut bibirku. Munafik sekali bukan? Aku sudah seperti aktris profesional saja.
"Ya. Aku Kim Yoora."
"Kau sudah besar rupanya. Kau tumbuh dengan baik dan juga sangat cantik."
Bluss!!
WOW!! Seseorang memujiku. Aku harap itu bukan hanya sekedar basa basi dan tidak timbul penyesalan dari hatinya setelah mengucapkan pujiannya itu terhadapku. Aku rasa wanita yang sepertinya seumuran dengan ibuku itu jujur. Aku tersenyum kikuk menanggapi pujiannya.
"Terima kasih, ahjuma."
"Kemana Chanyeol? Apa dia tidak datang?" tanya ibu.
Aku langsung menoleh pada ibu, menatapnya dengan penuh tanda tanya. Chanyeol yang dimaksud oleh ibu tidak sama dengan Chanyeol yang sedang aku pikirkan bukan? Mereka bukan orang yang sama 'kan? Tempo hari ibu bertanya tentang Chanyeol EXO itu bukan kebetulan 'kan?
"Dia sedang ke toilet. Oh! Itu dia."
DEG!!!
Mataku membulat. Jantungku berdebar. Seluruh tubuhku menegang melihat seorang PARK CHANYEOL sedang berjalan kearahku, maksudku kearah kami. Chanyeol yang sedang aku lihat adalah Park Chanyeol rapper EXO. DIA MEMBER EXO!! DIA PARK CHANYEOL!! DIA CHANYEOL EXO!! DIA IDOLAKU!!
Stop! Maaf jika aku terlalu berlebihan-_
Oh Tuhan!!
Mimpi apa aku semalam, bisa bertemu langsung dengan idolaku. Sungguh, ini sebuah kebahagian yang tak terduga. Akhirnya, sekarang aku mempercayai sebuah keajaiban. Detik ini juga aku menyatakan bahwa keajaiban itu memang ada.^^
"....." entahlah apa yang sedang Chanyeol katakan, aku hanya menatap wajah tampannya saja tanpa memperdulikan ucapanya. Kepalaku bergerak mengikuti gerak Chanyeol. Seorang Park Chanyeol rapper EXO yang keren itu kini sedang duduk tepat di hadapanku. Hanya sebuah meja yang menjadi jarak diantara kami.
Aku terus memperhatikan Chanyeol yang ternyata memang sangat tampan. Pria di hadapanku ini sangat keren dengan balutan jas berwarna hitam dengan kemeja putihnya. Penampilannya sangat rapih dan begitu sempurna. Ramputnya yang berwarna kecoklatan itu, ia tata ke belakang, memperlihatkan dahinya yang tidak begitu luas. Bisa kau bayangkan begitu sempurnanya seorang Park Chanyeol?
Aku langsung mengalihkan pandanganku darinya ketika secara tiba-tiba ia menoleh padaku. Memalukan. Pasti pipiku sudah seperti tomat busuk sekarang. Aku menangkap tatapan sinis gadis kecil itu lagi, membuat kebahagianku terbakar hingga hangus menjadi butiran debu oleh tatapannya.
"Oppa, aku tidak menyukai gadis itu. Kau juga sependapat denganku bukan? Dia terlihat sangat jelek."
Gadis kecil itu benar-benar!! Ia mengoceh pada Chanyeol. Bisikannya itu terdengar seperti bom ditelingaku, begitu terdengar menimbulkan api yang begitu membara dalam diriku. Beraninya ia menjelek-jelekanku pada Chanyeol di hadapanku langsung. Akan aku bunuh dia!! Awas kau, Gadis kecil perusak hubungan orang!!
Chanyeol terkekeh mendengar perkataan gadis kecil itu. Sesekali ia menoleh padaku yang membuatku salah tingkah olehnya.
Makanan pun datang. Acara makan malam dimulai. Makanan tidak penting lagi untukku, dengan menatap wajah tampannya saja sudah membuat perutku terasa kenyang. Aku terus saja mencuri-curi pandang, karena tidak ingin menyia-nyiakan moment ini tentunya. Kapan lagi bisa bertemu dengannya secara langsung seperti saat ini bukan?
Merasa sedang aku pandangi, Chanyeol pun menoleh. Aku yang terlalu terkejut akhirnya tersedak. Aku membuat kesalahan lagi. Pasti dimatanya aku gadis yang jorok dan tentunya tidak masuk dalam kriteria gadis pujaannya.
Chanyeol memberiku segelas air putih. Aku melirik gadis kecil itu yang sedang menertawakanku. Aku yang merasa sangat malu lebih memilih untuk pamit pergi ke toilet. Aku menangis sambil terduduk di kloset kamar mandi itu, menyesali atas kecerobohanku.
Setelah dirasa sudah terlalu lama menangis, aku keluar dan mencuci wajahku agar terlihat lebih fresh. Aku lebih memilih pulang dan memutuskan untuk tidak bergabung lagi dengan mereka setelah melihat pantulan diriku di cermin. Berantakan, seperti itulah diriku sekarang. Riasan wajahku rusak sudah, walaupun aku hanya meriasnya tipis, tetapi mata sembab ini susah untuk dihilangkan. Aku akan lebih mempermalukan diriku sendiri jika memilih untuk bergabung kembali bersama mereka.
Aku melangkah gontai dengan sepatu high heels ini, aku ingin sekali untuk melepaskannya tetapi itu tidak mungkin. Aku tidak memiliki alas kaki lain selain sepatu si*lan ini. Aku juga tidak bisa menatap wajah tampan itu lagi, aku hanya bisa menatap potonya saja di ponselku. Mengingat ponsel, aku juga teringat tidak membawa mantelku yang tertinggal disana. Sudahlah, tanpa ponsel, mantel dan juga uang tidaklah buruk.
Tidak!! Ini sangatlah buruk!!
Aku harus berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya dengan udara dingin di musim gugur yang terasa begitu menusuk tanpa uang sepeserpun begitu pula ponsel. Ditambah dengan tumit yang memerah dan dress selutut ini.-_
Merasa cukup lelah, aku memilih untuk mengistirahatkan sejenak kakiku yang terasa sangat pegal walapun hanya berjalan beberapa meter saja. Aku melepaskan sepatu high heels dan menatap nanar tumitku yang berubah kemerahan dan tampak lecet. Sepertinya mereka tidak mengkhawatirkanku, buktinya sampai saat ini mereka tidak mencariku sama sekali. Menyedihkan.
Aku kembali beranjak tanpa memakai alas kaki. Malas membawa high heels si*lan itu dan lebih memilih membuang dan mengutuknya. Aku merasa lebih menyedihkan dari seorang gelandangan sekali pun.
Tiba-tiba sebuah mantel menutup tubuhku, aku menoleh dengan malas. Aku sudah menduga siapa dia.
"Oppa, kenapa kau la__ K-kau?!"
Aku cukup terkejut untuk percaya, Park Chanyeol berdiri di sampingku dengan tatapan aneh. Pasti karena aku memanggilnya 'oppa' tadi. Dia pasti berpikir aku gadis yang tidak tahu malu. Kim Yoora, kau benar-benar sudah dicoret dalam daftarnya pada pertemuan pertama. Bodoh. Aku terus merutuki kebodohanku.
Saat ini, aku berada di sebuah coffee shop, duduk berhadapan dengan Park Chanyeol yang sangat tampan. Sambil menikmati Americano yang anehnya tak sepahit biasanya. Aku tak berani menatap wajah di hadapanku itu lagi. Keheningan masih berlanjut hingga 10 menit sejak kami duduk di kursi kayu ini. Aku sangat malu padanya saat ini.
"Apa kau sejak tadi tidak memakai alas kaki?" tanyanya yang baru menyadari kakiku yang telanjang. Wajar saja, ia pasti enggan untuk sekedar melirikku. Cih! Siapa aku?-_
"Ahh!! Iya. Aku tidak biasa memakai high heels. Hehe."
Ya, Tuhan! Apa yang harus aku lakukan?
Aku hanya bisa nyengir kuda memperlihatkan deretan gigiku padanya, dan itu pasti membuatnya semakin enggan melirikku. Cermin, dimana cermin? Pasti wajahku juga terlihat sangat mengenaskan. Bodoh. Kau bodoh Kim Yoora. Kau tampak semakin buruk saja dihadapannya.
"Tunggu sebentar. Aku akan membelikanmu alas kaki. Tentunya yang nyaman kau pakai di kakimu."
"Tidak usah. Tak apa."
Dia tidak mendengarkanku. Ia bergegas pergi meninggalkanku sendirian. Aku benci sendirian. Beberapa orang menatap heran kearahku. Tentu saja aku abaikan mereka semua, aku sudah kebal dengan tatapan seperti itu.
Tidak lama kemudian ia kembali. Tetapi ia tidak membawa apapun. Ia kembali duduk dihadapanku dan meminta maaf karena tidak berhasil menemukan toko sepatu di sekitar sini. Sudah kuduga. Aku tahu ini akan terjadi.
"Tidak apa-apa."
"Aku juga meminta maaf atas nama keponakanku. Dia itu gadis yang baik, hanya saja dia sedikit manja."
"Oh. Tentu. Kau tidak perlu khawatir. Dia gadis yang cantik__"
Aku menggantungkan kalimatku, menimbang-nimbang untuk dikatakan padanya atau tidak.
"Hanya saja.. Dia sedikit menyebalkan. Hehe."
DEG!!
Dia tersenyum. Aku melihat senyumannya langsung dan aku penyebab senyuman itu terbentuk. Lesung pipinya sangat manis ketika ia tersenyum, aku sering melihat lesung pipinya itu ketika ia mengupload potonya di instagram, sekarang aku melihatnya langsung. Kalian iri padaku 'kan?
"Kau sangat tampan." gumamku tanpa sadar. Stop Kim Yoora!! Berhenti bersikap bodoh. Kau hanya perlu diam.
"Ya?"
"Tidak. Aku hanya merasa.. lapar."
Aku memesan beberapa cup cake yang terdapat pada buku menu. Sampai pesananku datang, tidak ada pembicaraan diantara kami. Dia hanya diam, begitu pula aku.
"Apa kau menerima perjodohan ini?"
"Uhuk!! Ohok!!"
Aku langsung menutup mulutku karena hampir saja semua isi dari mulutku akan berhamburan keluar. Apa yang baru saja ia katakan membuatku sangat terkejut, apa aku tidak salah dengar? 'Perjodohan?'
"Apa yang kau katakan?"
"Kau tidak mengetahuinya? Orang tua mu tidak memberitahu?"
Aku mengeleng. Menatapnya meminta untuk dijelaskan apa maksud dari 'perjodohan' yang baru saja ia katakan.
"Kita akan dijodohkan. Bagaimana menurutmu?"
"Di-jo-doh-kan? Siapa?"
Mataku semakin membulat. Aku pasti terlihat bodoh.
"Kita."
"Kita?! A-aku.. dan k-kau?" kataku penuh hati-hati disetiap katanya. Takut jika aku salah paham dan salah mengerti yang akan membuatku malu untuk kesekian kalinya.
"Ya. Aku dan kau. Kita."
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar